Namun, saat bibiku berhenti di tengah ruangan, dia dengan perlahan membuka tasnya, dan dari dalam tas tersebut, dia mengeluarkan sebuah bh. Mataku membelalak melihat benda itu. Napasku terhenti sejenak, terkejut melihat bh yang dipegangnya. Itu bukan sembarang bh, melainkan bh yang kupakai sebelumnya—yang telah kusembunyikan dengan hati-hati. Tapi bagaimana bisa bh itu sekarang berada di tangan bibiku? Apakah dia menemukannya di tas ku? Apakah dia memeriksa barang-barangku?
Seketika rasa panik merayap ke seluruh tubuhku. Pikiranku berputar-putar mencari penjelasan. Apa yang harus kukatakan? Bagaimana aku bisa menjelaskan ini? Rasanya seperti duniaku berhenti sejenak, dan bibiku hanya menatapku dengan tatapan penuh arti, seolah sudah mengetahui semuanya.
"Ini bh punya siapa?" tanya bibiku dengan nada yang tegas, namun tetap lembut. Suaranya begitu tenang, tapi menusuk ke dalam pikiranku, membangkitkan rasa takut yang selama ini kubendung. Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Rasanya seperti ada beban besar yang menindih dadaku, membuatku sulit untuk bernapas, apalagi berbicara.
Pikiran-pikiranku berkejaran dengan cepat. Aku mulai mencoba merangkai alasan, mencari-cari jawaban yang masuk akal, namun setiap ide yang muncul terasa lemah dan tidak mungkin bisa menyelamatkanku dari situasi ini. Bibiku menatapku dalam-dalam, menunggu penjelasan. Matanya penuh dengan rasa ingin tahu, namun juga ada sedikit kekecewaan yang tampak di sana.
Aku bisa merasakan tenggorokanku kering, seolah-olah tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutku. Jantungku berdegup semakin kencang, seperti ingin melompat keluar dari dadaku. Aku tahu, ini adalah saat yang menentukan. Apa pun yang akan kukatakan, pasti akan mempengaruhi hubunganku dengan bibiku ke depannya.
"Jawab cepat," suara bibiku terdengar lebih tegas, menusuk telingaku seperti petir yang tiba-tiba menyambar. "Kok bisa bh ini ada di dalam tas kamu?" ucapnya lagi, dengan nada yang tak sabar. Aku merasakan keringat dingin mulai mengalir di punggungku. Tenggorokanku tiba-tiba terasa sangat kering, dan dengan refleks, aku menelan ludah, mencoba meredakan ketegangan yang kian menumpuk di dalam diriku.
"A-aku... ini... ini kayaknya punya Santi deh, Bi," ucapku akhirnya dengan suara yang bergetar, mencoba mencari alasan yang paling masuk akal yang bisa kukatakan saat itu. "Kayaknya Santi iseng terus masukin bh-nya ke dalam tas ku..." tambahku, berusaha terdengar meyakinkan, meski aku tahu suaraku terdengar terlalu gugup untuk meyakinkan siapa pun. Hatiku berdebar-debar, dan aku bisa merasakan bagaimana kebohonganku ini hanya memperburuk situasi.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Terbalik
Художественная прозаSetelah hampir tiga tahun pernikahan tanpa anak dan tekanan yang terus menghantui dari keluarga serta masyarakat, Rian dan Santi terlibat dalam pertengkaran hebat. Santi mengusulkan ide gila untuk menukar peran mereka sebagai upaya terakhir menyelam...