[ SHANKARA #02 ] ⚠︎ Mature themes, Contents kissing scene, and Bilingual.
When he closed his eyes, he saw only the shadow of his lover, who loved to colonize the contents of his head. Many men admirer her in secret, and Zakiel has the privilege of h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My love song, u should listen to it too Diet Pepsi — Addison Rae. 🤍
“Lo tau nggak, Mahen yang anggota futsal itu? Katanya tangan kiri sama kaki kanannya patah, tapi gara-gara apanya sih nggak ada yang tau jelas. Kasihan banget ya, padahal kemarin dia masih sehat-sehat aja.”
Langkah riang Naleeya sontak berhenti mendengar dua siswi sedang membicarakan seseorang yang baru kemarin dia temui. Mahen, salah satu anggota futsal yang minggu ini sering terang-terangan mendekati Naleeya untuk sekedar mengobrolkan hal acak sampai pada materi kelas yang sama. Kening Naleeya mengernyit halus. Kemarin cowok itu memberikannya jepit rambut berbentuk bintang, mengatakan bahwa adik perempuannya gemar sekali mengkoleksi benda tersebut hingga dia diam-diam mengambil dua pasang dan menyerahkannya pada Naleeya. Mahen secara langsung mengutarakan bahwa dia ingin berteman dengan Naleeya sehingga ketika mereka kembali bertemu, bertukar pikiran bukan lagi alasan mengapa mereka terlibat kebersamaan, karena menemui teman tidak butuh alasan apapun kan. Naleeya mengiyakan, tapi secara halus mengingatkan bahwa dia memiliki kekasih yang mungkin akan menjadi pengendali keputusannya, Mahen bilang tidak masalah dan berakhirlah seperti itu — tiga kali pertemuan pertama mereka sampai kemarin diakhir dengan relasi yang menyenangkan.
Agak disayangkan karena Naleeya telah membuat cookies gemas untuk adik Mahen sebagai tanda terima kasih sekaligus perkenalan — anggap saja begitu, tidak enak hati karena jepit rambut bintang yang telah dia suka tidak dibayarkan.
Langkahnya otomatis berhenti begitu keningnya merasakan kehangatan dan permukaan kulit, ketika dia sadar bahwa dia hampir saja menabrak pilar, langkah Naleeya mundur sebanyak tiga langkah, raut terkejutnya tak bisa ditahan. Berjalan sambil menunduk serta pikiran yang berkecamuk nyatanya memang berbahaya.
“Hampir aja.” Seseorang terkekeh. Naleeya menatapnya linglung lantas tersenyum kikuk.
“Eh? Terima kasih.” ucapnya.
Petra memasukkan kedua tangannya pada saku celana. “Kalau jalan jangan ngelamun.” Jika dia tidak melihat Naleeya dan bergerak cepat menahannya, kening perempuan itu bisa berbenturan dengan dinding pilar yang keras sebab melangkah tidak memperhatikan jalan.
Naleeya tersenyum sopan menanggapi. Degup jantungnya bertambah. Didasari oleh kegugupan dan salah tingkah — sebab malu dipergoki demikian oleh teman Zakiel. Pasti cowok ini nantinya akan memberitahukan pada Zakiel bagaimana Naleeya bersikap ceroboh dan tak hati-hati.
“Mau kemana?” tanya Petra basa-basi.
Oh! Naleeya sampai lupa sedang menggenggam sebuah buku sejak tadi, dan lagi-lagi, hampir melupakan tujuan awalnya kalau saja Petra tak bertanya. Dia mengangkat buku ditangan, menampilkan senyum khas. “Perpustakaan. Mau balikin buku ini.”