10. Malam di Moskow

9 3 3
                                    

Setelah acara perkemahan, minggu ini Slavik akan mengikuti kompetisi melukis tahunan yang diadakan di Aleksandrovskiy Sad - adalah sebuah taman yang terletak di kota Moskow.

Ia tengah mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Rencananya ia akan menginap di Moskow untuk beberapa hari, mengisi liburan musim panas. Berbagi pakaian dan perlengkapan melukis tertata rapi di dalam kota yang akan ia seret nanti.

"Kau sudah siap?" Tanya sang ibu yang sudah berada di ambang pintu.

"Yes, Mom." Slavik menurunkan kopernya, lalu menyeret menuju lantai bawah menggunakan lift. Rumah yang Slavik tinggali ini di desai dengan sangat apik. Ukiran batu berwarna krem menempel di dinding. Kita bisa menyebutnya dengan Mansion.

Mansion milik keluarga Slavik ini terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 adalah area untuk orang tuanya, lantai 2 untuk para maid, sedangkan lantai 3 khusus hanya untuk Slavik. Sehingga jika ingin melukis, Slavik tidak perlu turun ke lantai 1 atau 2 untuk sekedar melihat pemandangan taman di rumahnya.

Alasan para maid tinggal di lantai 2 adalah untuk mempermudah pekerjaan mereka. Sehingga apabila mendadak mendapat panggilan, mereka tinggal naik turun menggunakan tangga atau lift. "Tuan Druv sudah menunggumu di depan." Tuan Druv adalah asisten pribadi Slavik. Di antara 3 pemuda, hanya Slavik lah yang memiliki asisten pribadi. Graffias dan Karl dibiarkan tumbuh dewasa sesuai keinginan mereka, sedangkan Slavik tertata rapi.

Pria paruh baya dengan kacamata yang selalu menemani setiap langkahnya, sudah berdiri di sisi kiri mobil, siap membuka pintu untuk majikannya. "Selamat pagi, Nyonya dan Tuan Muda," sapanya sambil sedikit membungkuk kala melihat Slavik datang bersama ibunya.

"Sayang, Mom and Dad mempercayakan semuanya padamu. Kami yakin kau akan menjadi juara." Sang ibu mengusap lembut pipi Slavik. Sorot matanya memancarkan kasih sayang yang tak terbatas untuk anak semata wayangnya.

"Mom, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan kesempatan terakhirku."

Ya! Tahun ini adalah kesempatan terakhirnya untuk berpartisipasi dalam kompetisi melukis tahunan. Tahun depan ia hanya akan fokus pada tugas akhir perkuliahan. Setelah berpamitan dengan ibunya, Slavik memasuki mobil dan duduk di bangku penumpang, disusul oleh Tuan Druv.

"Kita berangkat," ucapnya pada Tuan Druv. Memasang headphone nya untuk menikmati perjalanan panjang yang akan ia tempuh. Mobil mulai keluar dari area mansion.

Sepanjang perjalanan, Slavik tak pernah menutup matanya. Ia selalu mengamati tiap pemandangan yang dilewatinya. Matanya menyipit kala melihat seseorang yang sedang berdiri di depan toko roti dengan ponsel di tangannya. "Apa kita bisa mampir sebentar?" tanya Slavik.

"Maaf, kita tidak memiliki cukup waktu, Tuan. Nyonya sudah memerintahkan saya untuk terus berjalan. Itulah mengapa ia membawa bekal makanan dan minuman untuk kita. Beliau sudah mengatur semuanya." Slavik membuang nafasnya, kasar. Tidak ada pilihan lain selain menurut. Semoga setelah kompetisi ini berakhir ia bisa mendapat kebebasan.

Dering ponselnya tiba-tiba berbunyi. Panggilan masuk dari Graffias. "Ya?"

"Kau dimana?"

"Perjalanan menuju Moskow. Lusa kompetisi dimulai."

"Besok aku dan Karl akan menyusul. Kirim lokasi dimana hotel yang akan kau tinggali."

"Ya. Ada yang lain?"

"Tidak. Nikmati perjalanan panjangmu."

"Hmm." Panggilan selesai. Slavik kembali ke kegiatan awalnya.

###

Malam tiba. Slavik yang datang sejak 37 menit yang lalu belum mengganti pakaiannya. Dengan kaus putih dan celana denimnya, serta blaze coklat yang menempel indah di tubuhnya, menambah ketampanan berkali-kali lipat.

"Anda mau kemana, Tuan?" tanya Tuan Druv saat melihat Slavik yang sudah rapi dan wangi.

"Mommy menanyakannya?" salah satu alisnya terangkat.

"Tidak, Tuan. Akan tetapi saya harus membuat laporan tentang kegiatan anda." Slavik merasa jengah. "Aku hanya akan berjalan-jalan. Kau tidak perlu mengikutiku. Aku bisa menjaga diri. Jika ini bertanya, katakan yang sebenarnya dan aku akan pulang sebelum jam 10 malam tiba."

"Baik, Tuan." Slavik pergi meninggalkan Tuan Druv seorang diri. Ia ingin menghirup udara Moskow di malam hari. Sudah lama ia tidak berkunjung ke kota yang ramai ini.

Keluar dari hotel, Slavik berjalan kaki ke arah kiri. Langkahnya sangat santai. Matanya melihat ke berbagai arah untuk menikmati keindahan kota Moskow. Melewati kerumunan orang-orang yang akan menyeberang jalan.

Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat menghirup aroma yang sangat tidak asing di hidungnya. Ia segera membalikkan badan untuk melihat siapa pemilik aroma buah Blueberry ini. Sayang sekali, orang itu larut dalam kerumunan penduduk daerah sini.

Otaknya tiba-tiba memutar memori dengan seseorang di masa lalu. "Kau dimana? Katanya ingin pergi ke Moskow denganku. Tapi mengapa setelah hari kelulusan, kau tak pernah muncul lagi?" Ekspresi yang semula datar berubah menjadi sendu.

"Aku merindukanmu," ucap keduanya di tempat yang berbeda sambil menatap kecantikan bulan di atas. Mereka ada di kota yang sama, tapi tempat yang berbeda. Slavik di trotoar sebelah kiri, sedangkan seseorang yang ia rindukan berada di sebelah kanan.

Mungkin jika Slavik mengarahkan matanya hanya sekedar menatap di sisi kanannya, ia bisa melihat bayangan itu. Bayangan hitam yang selalu menjadi favorit Slavik. Bahkan wallpaper layar ponselnya masih foto bayangan keduanya saat sedang duduk di bangku SMA.

Slavik kembali berjalan. Melihat kemesraan orang yang ia lewati, tak membuatnya sedikitpun merasa iri. Slavik melangkahkan kakinya memasuki GUM, pusat perbelanjaan terbesar di Moskow. Disana, ia hanya akan melihat-lihat.

Sesampainya di lantai 2, Slav memicingkan matanya kala meliha punggung seseorang yang ia kenali. Mencoba menghampirinya untuk memastikan bahwa itu benar-benar dia. "Hai, Nona." Slavik berdiri di depan wanita itu.

Ia menghela nafas.  Ternyata bukan, batinnya.

Wanita Bergaun Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang