6. Perkemahan Musim Panas

7 4 0
                                    

Semua tim dari NS University baru saja datang di tempat perkemahan. Mereka langsung diminta untuk membersihkan Izba yang menjadi basecamp mereka dalam 3 hari kedepan. Valya dan 2 teman perempuannya mendapatkan tugas menata peralatan memasak di dapur. Sedangkan lainnya ada yang menyapu, mengepel, menata ruang, dan masih banyak lagi; mereka membagi tugas dan saling membantu.

Bagian interior dari rumah ini di desain dengan sangat cantik dan rapi. Terdapat 2 kamar tidur, di belakang ada kamar mandi dan dapur, lalu bagian depannya adalah ruangan yang cukup luas untuk tempat berkumpul para mahasiswa. 2 jam kemudian rumah tersebut telah bersih dan rapi. Tak satu pun sarang laba-laba yang menempel di dinding. Mereka juga menambahkan pengharum ruangan agar merasa nyaman saat tinggal disana.

"Kamar sebelah kanan adalah kamar pria, sedangkan yang sebelah kiri adalah kamar wanita. Masing-masing kamar terdapat beberapa matras yang telah di sediakan oleh pihak kampus sebagai alas tidur kita. Untuk berdiskusi, kita akan menggunakan ruang utama. Kalian mengerti?" Maxim memberikan informasi lagi terkait ruangan di Izba.

"Para wanita, silakan istirahat. Karena 30 menit lagi kita akan berkumpul di lapangan untuk upacara api unggun dan pembukaan perkemahan. Sedangkan para pria, ikut aku mengambil air untuk memasak. Persediaan air mineral kita gunakan untuk minum saja." Lanjutnya. Setelah itu mereka semua mengikuti perintah Maxim.

"Ah, untung saja ada waktu istirahat. Aku lelah sekali," ucap Sofiya, teman satu tim Valya yang baru saja menyandarkan punggungnya di dinding kamar.

"Sof, dimana kau membeli cardigan corp itu? Cantik sekali." Valya terpesona melihat cardigan biru muda yang di pakai oleh Sofiya.

"Ini? Kekasihku yang membelinya." Sofiya tersenyum malu saat ia mengingat sang kekasih. "Ngomong-ngomong, kau suka warna biru ya?"

Valya mengangguk dengan penuh semangat. Ini menunjukkan seberapa besar cintanya terhadap warna biru. "Bagaimana kau tahu?"

"Pita, kaos, celana, dan jaketmu; semua berwarna biru." Valya langsung melihat ke bawah. Benar, ia tak sadar telah memakai setelan berwarna biru.

"Sepertinya dia sangat terobsesi dengan warna biru." Ofeliya terkekeh melihatnya.

"Bisa dikatakan seperti itu. Kamarku berwarna biru, pakaianku 90% terisi oleh warna biru. Aku memang terobsesi oleh warna biru. Bahkan aku ingin sekali memiliki kornea mata yang berwarna biru." Valya menampakkan raut sedihnya.

"Kau memiliki kecantikan yang alami. Jangan mengubahnya sedikitpun." Pujian Sofiya disetujui oleh Valya. Memang ia harus banyak berterima kasih kepada Tuhan.

"Kau sangat beruntung. Hidupmu sangat tercukupi, memiliki kecantikan yang alami, tubuhmu juga seperti seorang model. Apalagi yang harus kau khawatirkan?" Avrora pikir Valya memiliki kehidupan yang indah. Harta yang tak akan pernah habis hingga dia punya anak. Disukai banyak laki-laki, pintar, dan berbakat.

Namun siapa sangka, kehidupan Valya tampak hampa baginya. Ia ingin sekali bermain dan berkumpul bersama keluarganya tanpa membahas bisnis. Tertipu oleh banyak lelaki yang hanya memanfaatkan kekayaan keluarganya saja. Akan tetapi, Valya tetap bersyukur terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Ia tak pernah merasa kekurangan.

30 menit berlalu begitu cepat. Valya dan teman setimnya kini berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara api unggun sekaligus pembukaan perkemahan. Semua orang berjajar di pinggir, mengelilingi lapangan. Di tengah-tengah mereka terdapat gunungan kayu yang nanti akan berubah menjadi api unggun.

Seorang wanita tak jauh dari mereka pun sedang mengintai targetnya. "Momen ini sangat bagus sekali. Aku tak boleh menyia-nyiakannya. Tunggu aku, tuan." Gumamnya dengan seringai jahat.

Wanita Bergaun Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang