20. Lukisan Slavik Hilang

3 1 0
                                    

"Apa kalian melihat seorang wanita yang keluar dari pintu ini?" tanya Slavik pada kedua temannya.

Graffias dan Karl saling menatap. "Tidak."

"Kami baru saja membeli makanan. Memangnya kenapa?" tanya Graffias.

Slavik ingin menjelaskan apa yang sedang dia rasakan, tapi itu percuma saja. Teman-temannya tidak akan mengerti. "Tidak apa-apa. Lupakan saja. Ayo kita ke pameran. Profesor Ev sudah menungguku."

Graffias melihat ke arah Karl, tapi laki-laki itu hanya mengedikkan bahunya. Ia juga tidak tahu dengan sikan Slavik yang tiba-tiba ini. Dari GUM ke Museum Seni membutuhkan waktu tempuh selama 30 menit dengan menaiki taksi. Tanpa banyak bicara, ketiganya langsung berangkat menuju tujuan utama mereka ke Moskow.

Sesampainya disana, Slavik turun dari mobil dan berjalan cepat menghampiri Profesor Ev yang sudah menunggu di depan pintu masuk. "Nikmati waktu kalian, aku harus menemui profesor dulu," ucap Slavik sebelum keluar dari taksi.

Dan disinilah mereka berdua, di dalam museum bergabung dengan pengunjung lain. "Apa yang harus kita lakukan disini?" Karl menggaruk kepalanya.

"Melihat pameran. Ayo kita cari lukisan Slavik." Graffias dan Karl berjalan menyusuri lorong museum untuk mencari letak lukisan Slavik.

"Ini pertama kalinya aku kesini. Tempatnya cukup bagus." Karl melihat setiap sudut museum seni itu. Bagian dalamnya di desain indah alah kerajaan Eropa. Lukisan dan berbagai seni yang di pamerkan menambah kesan mewah dan unik pada museum ini.

Graffias dan Karl berhenti sejenak di depan sebuah lukisan yang megah. "Lihatlah lukisan ini, Karl. Begitu detail dan indah."

"Pelukis berusaha menyampaikan pesan tentang buruknya diskriminasi," tambah Karl sambil membaca deskripsi di bawah lukisan itu.

Mereka melanjutkan perjalanan menyususri lorong yang pernuh dengan karya senin dari berbagai pelukis internasional. Lukisan impresionis, karya-karya klasik, dan seni modern, semuanya terpajang apik. Setiap sudut museum seperti menyimpan cerita yang menunggu untuk diceritakan.

Karl dan Graffias kemudian tiba di sebuah galeri yang dipenuhi dengan lukisan berukuran 40 x 50. Dari semua lukisan itu, Graffias dan Karl berhasil menemukan lukisan Slavik yang sedang terpajang bersama dengan lukisan mahasiswa Universitar NS lainnya.

"Lihat! Ini lukisan Slavik." Graffias memberitahu Karl letak lukisan Slavik.

"Seorang wanita?" Tanya Karl dengan dahi yang mengerut.

"Ya. Entahlah, sepertinya dia menyukainya."

Karl mencoba melihatnya dengan jarak yang lebih dekat. "Ku rasa kau benar. Slavik terpesona dengan wanita itu. Goresan kuasnya begitu rapi. Dia berusaha menangkap setiap detail dengan penuh perhatian dan kehati-hatian."

"Meski dia hanya menonjolkan sang wanita, tapi pemandangan disekitarnya bisa menceritakan apa yang sedang ia rasaan," lanjut Graffias.

"Pemandangan gunung dan sungai seolah memberitahu bahwa sang pelukis merasakan ketenangan sekaligus kekacauan saat melihat sang wanita," tambah Karl.

"Aliran sungainya berubah-ubah." Graffias tersenyum melihat lukisan Slavik untuk yang kedua kalinya.

"Ayo kita lihat yang lainnya." Karl mengajak Graffias untuk mengelilingi seluruh isi museum itu.

Mereka terus berjalan, menikmati berbagai karya seni lainnya. Mata Graffias terpesona melihat patung yang berbentuk UFO. "Ini sangat detail," pujinya sambil melihat patung itu dengan jarak yang cukup dekat.

"Karya Tuan Sergei," kata sang curator yang kebetulan lewat di lorong itu. "Beliau terkenal dengan patung-patung futuristiknya yang penuh dengan detail dan imajinasi."

Wanita Bergaun Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang