21. Ruang Bawah Tanah

3 2 0
                                    

Mara berjalan mengendap-endap di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan berkas-berkas perusahaan. Ia sembunyikan dirinya dari balik salah satu sofa panjang yang tersedia disana. Mengintai seorang pria berkisar 69 tahun yang sedang berkutat dengan laptopnya.

Tuan Edward tengah mengecek beberapa file yang dikirim oleh asisten pribadinya melalui e-mail. Ia berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan pekerjaannya di kota Novosibirsk. Bayangan di masa lalu terus menghantuinya semenjak ia mendapat laporan bahwa anaknya telah dibunuh oleh seseorang. Dan baru-baru ini ia mendapatkan informasi bahwa sang pembunuh berada di kota yang sama dengan si pembunuh.

Ia tak sadar bahwa pembunuh itu sudah berada di ruangan yang sama dengannya. Mara berjalan pelan tanpa, berusaha tidak menimbulkan suara. Sampai di depan Tuan Edward, kurang lebih 3 meter, Mara menodongkan pistol yang ia bawa. "Menyeralah, Tuan Edward."

Tuan Edward secara reflek mengangkat tangannya. "Siapa kau?" tanyanya dengan badan yang gemetar.

"Seseorang di masa lalu," jawab Mara. bergerak cepat layaknya ninja. Memasukan cairan mematikan ke dalam tubuh Tuan Edward. "Nikmati sisa hidupmu, Edward." Setelah mengatakan kalimat itu, Mara pergi meninggalkan tempat itu.

Setelah menelpon ayahnya, Slavik kembali bergabung dengan teman-temannya. Mereka sedang berada di apartemen Graffias untuk berdiskusi tentang hilangnya lukisan Slavik. "Sudah 2 hari, tapi tak ada informasi lagi tentang lukisanmu?" tanya Graffias sambil memakan keripik kentang di tangannya.

"Tidak."

"Kau benar-benar tak mengetahui keberadaanya?" Graffias mencoba meneliti reaksi wajah Slavik. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam kasus lukisan ini. Entah mengapa instingnya mengatakan bahwa Slavik terlibat juga. Dan itu terbukti saat ia dan Karl melihat foto lukisan Slavik melalui ponsel Karl.

"Mau sampai kapan kau akan berbohong pada kami?" tanya Graffias. Sebenarnya ia dan Karl sudah tahu rencana yang Slavik siapkan.

"Dari mana kalian mengetahuinya?" Karl dan Graffias tertawa.

"Kau pikir pertemanan kita hanya berlangsung 3 tahun?" Karl mengejek Slavik yang mengira ia dan Graffias tidak akan tahu rencananya.

"Ayo, kita cari saja. Jangan berlama-lama. Takutnya lukisanmu benar-benar menghilang." Graffias mengajak Slavik untuk cepat bergerak sebelum sang pelaku menyadarinya.

Mereka menaiki lift lalu berjalan menuju tempat parkir. Sampai disana, ketiganya langsung menaiki mobil Graffias, dan Karl sebagai sopirnya. Slavik memantau GPS nya melalui ponsel besar yang sedang ia pegang.

"Dimana lokasinya?" tanya Karl.

"Jalan dulu ke arah barat. Nanti aku informasikan lagi." Karl segera melajukan mobil Graffias sesuai dengan instruksi Slavik.

"Siapa yang mencurinya?" tanya Graffias. Ia dan Karl memang tahu tentang GPS itu, tapi mereka tidak tahu siapa yang mencurinya.

"Pembunuh itu," jawab Slavik dengan tenang.

"APA?" Graffias dan Karl berteriak bersama. Mereka sama-sama terkejut.

"Pembunuh yang di hutan itu?" tanya Graffias sekali lagi.

"Ya." Slavik menjawabnya dengan sangat sederhana. Karena memang itulah jawabannya.

"Astaga! Ku kira itu hanya bualannya saja untuk menakuti kita. Ternyata ia mewujudkannya." Karl dan Graffias terperangah dengan kenyataan yang ada.

"Jika sesuatu yang berharga darimu adalah lukisan, lalu apa yang ada pada Graffias?" Tiba-tiba pikiran buruk menyelimuti Graffias.

"Mana ku tahu. Dia pasti sudah mengenal kita. Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan ini semua." Ucapan Slavik memang ada benarnya.

Wanita Bergaun Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang