"sekalipun dia seindah bunga mawar tapi ada duri yang siap menyakiti kapan saja"
Delita Rayana Andini Greeta Wijaya
***
Konon katanya semua anak IPA itu terlahir dari generasi emas. Berbanding terbalik dengan anak IPS yang selalu di nomor-2 kan dengan anak-anak jurusan hitung-hitungan. Yang komentar banyak orang bahwa anak jurusan ilmu alam itu sangat jenius dan sangat banyak akal.
Seperti sekarang kelas 11 IPA1 yang semua murid terkenal dengan anak dengan prestasi yang menjanjikan sedang melakukan eksperimen Menumbuhkan kaki cacing. Diluar prediksi BMKG memang tapi begitulah anak IPA yang katanya sangat-sangat jenius.
"Woyy seharusnya pakai rumus ini ege bukan malah rumus atom emang mau bikin nuklir apa?" Protes salah satu diantara mereka.
"Bikin nuklir berbahankan cacing keren deh kayanya?" Sahut Adit yang memang sedang fokus mencampurkan cairan kimia kedalam tabung reaksi.
"Ini nih sampai terlalu pintar bahkan kodrat cacing yang memang ngak punya kaki aja harus dituntut sempurna." Sahut murid berkacamata yang ditugaskan untuk mencatat semua hasil praktikum mereka.
Rayana yang cuman menonton sudah sangat bosan dengan perdebatan teman sekelas yang sangat diluar akal. Merasa sudah sangat lapar dan mengantuk Rayana keluar dari laboratorium kimia tanpa melepaskan jas praktek yang melekat pada tubuh mungilnya.
Saat keluar dari lorong pertama menunju kantin tertangkap jelas segerombolan siswi berkerumun disekitar depan kelas 11 IPA3. Merasa penasaran Rayana berniat untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Maksud Lo apa fitnah gue mau cari mati Lo sama gue?" Hardik seorang siswi berpostur tinggi dengan rambut panjang bergelombang sepinggang.
"A-aku ngak ada fitnah kamu kok, kamu jangan nuduh sembarangan ka" cicit Sasya sambil mengusap air matanya.
"Alah ngak usah bohong Lo udah salah masih ngak mau ngaku sekolah mau jadi apa kamu?" Bentak salah satu teman disamping Lyly.
"Kalau Lo punya dendam sama gue ngak usah fitnah juga ege!!" Ucap Lyly sambil mendorong keras tubuh Sasya hingga terjatuh kelantai.
"Aww..... Maksud kamu apa dorong aku?" Tanya Sasya sambil menahan rasa sakit dan malu yang bersamaan.
"Harusnya Lo itu bersyukur udah hidup numpang ngelunjak lagi." Ucap Rayana tiba-tiba dengan ekspresi wajah yang dibuat sedemikian seperti orang marah.
"Ra-rayana?..." Gagap Sasya ketika melihat tubuh Rayana muncul tepat dibelakang Lyly.
Semua orang yang memang berada tak jauh dari tempat pembulyan Sasya hanya tersenyum miring kearah sang pelaku. Siapa yang tidak tahu dengan Rayana di sekolah ini? Anak pemilik yayasan sekolah negeri sekaligus siswi paling populer dan berprestasi baik itu akedamik maupun non-akademik.
"Ngapain Lo?" Tanya Lily tak suka kepada Rayana. Lily dan Rayana, mereka adalah saudara sepupu. Yang mana ayah Rayana dengan Ibunda nya Lyly memiliki hubungan darah dengan marga yang sama. Greeta Wijaya.
"Menurut Lo?" Jawab Rayana judes tepat didepan wajah Lyly Daan dan hanya mendapatkan tatapan sinis dari sang empu.
"Oh iya Lo kan yang fitnah gue kemarin? Nyari masalah apa Lo Sama sepupu gue?"
Tes
Satu keringat berhasil jatuh di pelipis Sasya. Takut dan panik menyatu didalam benaknya. Berpikir keras untuk bisa kabur dari sini adalah jalan yang terbaik, pikirnya.
"A-aku cuman di suruh sama ka Lily buat nuduh kamu Ray, aku minta maaf" ucapnya sambil menahan tangis.
Mendengar itu Lily jadi naik pitam. Bisa-bisanya siswi baru ini memfitnahnya? Apa dia tidak tahu siapa dia? "Heh maksud Lo apa fitnah gue!" Bentak Lyly tidak senang.
"Kan memang kakak yang suruh aku buat fitnah Rayana aku cuman nurut" Isak Sasya sambil menunduk.
Mendengar jawaban Sasya Membuat Lyly geram dan menarik paksa dagu gadis didepannya. Dicengkeramnya dengan kuat hingga ujung kuku berhasil menusuk kulit pipi sasya.
"Denger gue baik-baik jalang." Ucap Lyly dengan tatapan permusuhan.
"Gue ngak takut siapapun Lo dan gue ngak akan tinggal diam kalau Lo sekali lagi ngusik hidup gue. Dan Lo ngak akan pernah tenang. Paham?"
Melihat tidak ada respon dari sang empu semakin Lyly gusar dan menekan lebih kuat jari lentiknya. "Lo paham kan bahasa bumi? Jalang!." Setelah mengatakan itu dengan tidak ada perasaan sedikitpun Lyly menghempaskan wajah Sasya hingga jatuh terbentur lantai.
"Guys cabut." Ajak Lyly pada kedua sahabatnya sambil menahan emosinya yang sedang meluap.
Setelah kepergian Lyly and the geng nya perlahan Rayana menghampiri tubuh Sasya yang masih betah untuk duduk di lantai. "Enak? Makanya jangan sok berani, sakit kan?" Ucapan Rayana berhasil membuat kepala Sasya untuk menatap wajah Rayana. Melihat itu kesenangan Rayana bertambah kali lipat.
"Apa? Ngak terima? Kasihan." Setelah itu dengan pasti Rayana meninggalkan tempat itu dan segera menuju kantin.
☘️🐾☘️
HAIIIIII.........
KETEMU LAGI SAMA AKUU........
SEMOGA SUKA SAMA CERITA INI........
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YAAA SENGKUU.....
ADA PESAN BUAT RAYANA? BUAT LYLY ATAU BAHKAN BUAT SASYA??
✧◝(⁰▿⁰)◜✧SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA✧◝(⁰▿⁰)◜✧
SEE YOUU PAYY☘️☘️☘️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Naungan Senja {ON GOING}
RomanceCerita ini murni dari pemikiran aku yaa!!! Semoga sukaa....