pesawat kertas

32 19 20
                                    

"terlalu sering bersama dalam setiap hari dan diwaktu yang sama akan baik-baik saja?"

~Delita Rayana Andini Greeta Wijaya~

.
.
.

"Gue dengar Lo sering bareng sama Aksa?" tanya Vanya sambil melirik lekat kearah Rayana.

Pertanyaan Vanya berhasil menjadi perhatian utama gadis itu. Apa tadi katanya? Sering? Mungkin juga tidak. Iya, beberapa waktu lalu mereka sering bertemu dan mengobrol bersama. Kadang juga cowok itu memberikan perhatian padanya yang entah tujuannya untuk apa. "Kata siapa Lo?" tanya Rayana balik.

"Tinggal jawab Ray, jangan-jangan..." ucap Vanya menggantung kalimat nya.

"Gak usah mikir kejauhan kita gak punya hubungan spesial." sergah Rayana sebelum pertanyaan konyol naik ke level selanjutnya.

"Tapi Lo ngak ada rasa sedikitpun?" selidik Vanya. Dan dengan mantap Rayana menggeleng sebagai jawaban.

"Syukur deh."

"Kenapa Lo malah bersyukur?" tanya rayana aneh.

"Kenapa Lo sewot, Lo beneran suka?" sahutnya bersemangat.

"Kalian ngomongin apa sih?" potong Arsha yang sedari tadi hanya diam dan menyimak tetapi tidak menemukan titik terang pembicaraan kedua sahabatnya.

"Makanya disimak inces..." Ledek Vanya pada Arsha.

"Aku itu udah nyimak, tapi kalian nya aja ngomong kecepetan." keluh Arsha.

"Terserah Lo deh nces," sahut Vanya tidak bersemangat.

"Emang benar gue suka tu cowok? Gak kan?" batin Rayana.


***

Terdengar suara langkah kaki dari halaman belakang sekolah. Nafas yang memburu dengan wajah yang penuh dengan keringat. Sesekali ia melihat kebelakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti atau sekedar melihat kejadian barusan.

Sampai di koridor menuju kelas 11, tidak sengaja ia menabrak seseorang dan jidatnya menghantam dinding pembatas. "Lo punya mata gak sih?" bentak nya.

"Maksud Lo apaan bentak gue? Berani Lo?" sahut Rayana.

Tersadar dan seperti mengenal suara orang didepannya ia mengangkat pandangannya.
"Rayana," gumamnya.

"Kenapa Lo diam?" tanya Rayana.

"Gak kok maaf aku gak sengaja permisi," ucapnya.

Baru dua langkah meninggalkan bayangan, lengannya seperti dicegah untuk pergi. "Lo masih belum selesai sama gue!"

"Maaf Ray, tapi aku harus masuk dan belajar." cicit Sasya.

"Gue peduli? Gak sama sekali. Lo udah bentak gue dan otomatis Lo nantang gue,"

Menghela nafas lelah Sasya membenarkan dan mensejajarkan posisinya dengan posisi berdiri tegap Rayana. "Lo nantang gue?" tuduh Rayana.

"Perasaan kamu yang nyuruh aku buat gak pergi. Sekarang aku diam malah disangka nantang, gimana sih?"

"Lo!," ucapan Rayana terpotong karena suara panggilan memintanya untuk segera keruang guru. "Lo belum selesai sama gue."

Dibawah Naungan Senja {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang