😼6😸

127 21 34
                                    

Ada yang kangen Nina & Saga?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang kangen Nina & Saga?

Karena comment udah jebol jadi kita lanjutin ya

30+ VOTE
30+ COMMENT

°°°

Perjalanan di mobil Saga berikutnya, terasa tidak asing rutenya. Jajaran jajanan kaki lima di sini jelas mengingatkanku akan masa kecil kalau nunggu dijemput Papah. Aku jadi teringat dengan Nina si bocah yang rambutnya sering dikucir dua yang tiap hari jajannya bisa gonta-ganti dari cilok ke cimol, dari cimol ke makroni Mang Ade, usus-jamur crispy, fuyung-hai, atau kalau Mamah yang jemput biasanya suka dijajanin mie ayam dan es kelapa dulu sebelum pulang.

"Ga, ini kita mau ke mana?"

"Hehehe... kamu juga tahu pasti."

Aku makin heran saat Saga yang sudah bermetamorfosis dengan wujud yang lebih sedap dipandang mata itu tiba-tiba memarkirkan mobilnya di dekat gerbang sekolah. Saga melepas sabuk pengaman dan mematikan mesin mobilnya kemudian.

"Ayo Nin, turun!"

"Haah... mau ke mana emangnya?"

Saga tunjuk gerbang sekolah SD tempat kami sekolah dulu. "Itu, masuk ke dalem SDnya."

Haaah... gak salah nih? Kenapa jadi ngajakin masuk SD. Mau ngapain dia?

"Mau ngapain ke SD?"

"Kan tadi aku udah bilang, aku mau cerita dan jawab apa yang kamu tanyain."

"Tapi, jawabnya mau di SD sini." Tandas Saga.

"K-kenapa harus di sini?"

"Biar sekalian kita nostalgia dan jajan-jajan kecil di sini, Nin."

"Ayoo!!!"

Saga ini memang unik, super... super unik. Lihat bagaimana sekarang ia mengajakku berkeliling di seluruh denah sekolah dasar tempat dulu kami menimba ilmu. Lapangan yang luas tempat berbagai kegiatan seperti upacara dan olahraga sedang ramai dengan bocah-bocah bercelana atau rok merah dengan atasan seragam batik sekolah. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang main bola, ada yang main kejar-kejaran, bahkan di tepi dekat pohon — sekolompok anak perempuan sedang main masak-masakan dengan bahan-bahan seadanya.

Mereka meramu berbagai bahan yang ada di sekitar seperti menumbuh bata merah dengan batu, menjadikan daun yang lebar sebagai piring/mangkuk, atau tanah dikasih air di dalam gelas plastik bekas air mineral — berimajinasi seolah itu adalah kopi.

Malu-Malu MeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang