😼8😸

183 24 40
                                    

Comment udah 30 jadi kita lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Comment udah 30 jadi kita lanjut

30+ VOTE
30+ COMMENT

°°°


Yonina Larasati Puspita

Saga gak punya pilihan selain ikut bawa aku ke rumah sakit tempat dia kerja. Padahal aku bilang aku bisa saja pulang naik Goj*k atau Gr*b tapi Saga tetap mengajakku pergi bersamanya. Dengan perjalanan yang cukup ngebut mengingat pasien yang ada di ruang IGD kritis kondisinya setelah digigit ular berbisa.

Jiwa penolong Saga yang sudah ada dari dia masih kecil pun nampak nyata di mataku. Saga buru-buru turun dari mobil, berlari secepat mungkin supaya segera sampai di ruang IGD di mana pasiennya sudah menunggu di sana.

Aku yang penasaran dengan aksi dokter Saga menolong orang, mengikutinya turun dari mobil. Ikut berlari menuju ruang IGD namun tak bisa ikut melihat bagaimana ia menindak pasien yang gawat darurat itu dapat pertolongan.

"Sus... tolong segera siapin antivenom buat nyegah efek sistemik bisa ularnya."

"Baik, dok!"

Wow, aku gak pernah nyangka dia bakal secekatan dan setanggungjawab itu. Dari sini aku mulai yakin kalau Saga bener-bener berubah. Wajahny terlihat frustasi, apalagi pasien yang harus ia tolong adalah seorang yang terkena gigitan ular berbisa. Pastinya ia sedang berada di ujung tanduk, mencari cara supaya menyelamatkan nyawa pasien sebelum racun dari bisa ularnya menyebar ke tubuh pasien yang diketahui seorang pawang ular itu.

"Maaf dok, stok antivenom kita sedang tidak tersedia."

"Tidak tersedia?!"

"Coba hubungi gudang farmasi atau minta bantuan siapapun yang kira-kira bisa kasih kita antivenom secepatnya."

"Untuk sementara saya akan cari cara supaya pasien bisa bertahan sampai antivenom-nya datang."

"Baik, dok!"

Aku tidak tahu antivenom itu seperti apa, sepertinya itu adalah kunci untuk menyelamatkan pasien supaya nyawanya selamat saat digigit ular berbisa. Sakti semakin kelabakan mencari cara bagaimana ia bisa membuat pasien bertahan.

"Nin, kamu tunggu di luar ya..."

"Aku janji kalau ini selesai, aku anter kamu pulang, Nin!"

Keberadaanku sepertinya membuat Saga gugup, meskipun sebenarnya aku masih penasaran tapi demi menghormati pekerjaan Saga, aku memutuskan untuk menunggu di ruang tunggu yang jauh dari penglihatan Saga.

Baru lima belas menit aku menunggu di luar, kulihat Saga keluar dari ruangan sambil menghela nafas panjang. Wajahnya merah padam dan matanya berkaca-kaca. "Saga, kamu kenapa?" Tanyaku sedang ia tak menjawab namun langkahnya mendekat padaku - spontan memelukku dengan tangisannya yang pecah kemudian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malu-Malu MeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang