Part 6

3.7K 9 0
                                    

   It's published💌

Penampilan Kak Alya sekarang sangat kontras dengan penampilan nya tadi. Yang mana sebelumnya sangat mempertontonkan aurat nya, kini malah sangat tertutup, rapi dan begitu sopan.

Hanya saja, kak Alya sepertinya tidak mengenakan dalaman BH lagi! Karena aku bisa melihat dengan cukup jelas pentil kak Alya agak nyetak pada kemejanya. Kak Alya ini benar-benar deh… Teman-temanku ini kan orangnya cabul semua.

“Eh, kak Alya yang cantik sudah balik lagi,” celetuk Dado merayu kakakku.

“Hihihi, bisa aja kamu Dado” balas kak Alya dengan senyum manisnya pada kami.

“Iya kak, udah cantik, baik, seksi lagi.. beruntung banget yang jadi adeknya, hehehe..” Bono ikut nimbrung.

Aku hanya cengengesan membenarkan omongannya, ya… betapa beruntungnya aku memiliki kakak seperti kak Alya, tapi si otong juga sangat tersiksa punya kakak cewek seperti dia ini.

“Iya tuh, makanya adek kakak itu jadi suka bolos, telat sekolah, jarang main-main ke luar. Kerjaannya di rumah melulu sih gangguin kakaknya. Iya dek yah?” tanya kak Alya melirik sambil senyum–senyum padaku.

Duh! kak Alya malah buka-bukan soal keseharian ku di depan demit-demit ini.

“Wuaa! Ketahuan lo! Suka bolos, telat nyampe kelas, ternyataa..” sorak teman-temanku membuatku malu.

“Iya tuh, kayak tadi pagi, sambil ikat tali sepatu tapi matanya ngelihatin kakaknya terus. Ngebayangin kakak diiket kayak sapi yah dek? Hihihi..” goda kak Alya lagi padaku.

“Wuih! Ngebayangin kak Alya diiket kayak sapi, aku mau donk kak jadi anak sapinya, hehe..” Feri mulai ikut nimbrung dengan tampang mesum.

“Gua juga mau lho kak… Kita-kita jadi anak sapinya, terus nyusu ama emaknya, hehehe..” ujar Bono juga ikut-ikutan.

“Hihihi Emak? Emangnya kakak mirip emak sapi yah dek? Bagusan dikit dong manggilnya.. misalnya, mama sapi yang suka menyusui sapi-sapi mudanya, Hihihi..”

“Hah? Eh, anu kak.. iya, mama sapi.. hehe, jadi pengen nih kak...” mereka mulai salah tingkah di depan kakakku. Aku juga ikut membayangkan yang tidak-tidak tentang kak Alya sekarang. Celanaku mendadak mulai terasa sempit.

“Pengen? Kalian bertiga mau nyusu sama kakak? Yee, mana bisa.. susu kakak kan cuman dua, kalau kalian bertiga, satu lagi nyusu dimana donk?” Gila nih kak Alya! Malah terus melayani omongan mereka, bahkan nantangin segala. Aku yang mendengarnya semakin panas dingin dibuatnya.

“Yang satu gak usah jadi anak sapi deh kak.. jadi papa sapi aja, hehehe..” Bono mulai ikut-ikutan kelewatan.

“Iya bro.. mama sapinya diiket, biar gak kemana-kemana.. hehe..” sekarang Feri yang mulai terbawa suasana. Aku entah kenapa hanya bisa terdiam tak percaya dengan pembicaraan kak Alya dan teman-temanku yang semakin menjurus ini.

“Dek, masa kakak mau dijadikan sapi tuh sama mereka, dikit-dikit, terus susu kakak diperas-peras, hihihi" ujar kak Alya yang malah cekikikan mendengar semua omongan kurang ajar mereka terhadapnya.

Aku tentu saja marah, tapi membayangkan kakakku dijadiin sapi betul-betul membuatku horni. Aku sampai tak bisa bereaksi apa-apa.

"Adeeeek, kamu kok diam aja sih?? Jadi mereka boleh nih jadiin kakak sapi? ya udah... kalian ikat kakak gih, hihihi" Ujar kak Alya sambil menjulurkan kedua tangannya seperti pasrah untuk diikat.

Aku dan teman-temanku tentu saja terkejut bukan main melihat ulah kakakku yang malah menantang mereka itu. Mereka tentu saja sangat bersemangat.

"Eh, jangan kak!" ujarku cepat, gila aja kalau kakakku benar-benar akan diikat oleh mereka.

Pengalaman Alya 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang