part 11

2.1K 9 0
                                    

  It's published💌

Hari sudah malam dan diluar sudah sangat gelap. KFC yang dikirim sudah ku santap tanpa nafsu sedikitpun. Aku kembali ke kamar merebahkan diri di kasur sambil bersandar pada kepala kasur. Mereka sudah berangkat sejak sore tadi dan belum kembali. Aku pun sudah mulai berpikir yang tidak-tidak.

Aku tak bisa menyalahkan mereka kalau sampai terjadi apa-apa pada kak Alya, karena kak Alya sendiri yang sepertinya memancing mancing mereka. Kini aku malah membayangkan apabila mereka memang berani berbuat kurang ajar pada kakakku, yang justru memikirkannya membuat celanaku mendadak terasa sesak.

Tanpa sadar aku sudah mengeluarkan otongku dari persembunyian nya dan mulai mengurut-urutnya. Ditengah usaha onaniku yang hampir memuncak sambil membayangkan kak Alya, mendadak ada panggilan di BB ku. Kulihat nama di layar BB. Kak Alya!?

"Halo kak Alya, kok belum pulang?" tanyaku memburu.

"..." tak ada suara.

"Halo kak Alya?" panggilku lagi meyakinkan bahwa memang kak Alya yg membuat panggilan.

"Hhh.. Dek, kak Alya belum bisa pulang dulu.."

"Kenapa kak? Ada apa?" tanyaku penasaran.

Ini.. Ban mobil Pak Has bocor.." jawabnya terputus-putus.

"Kakak kenapa putus-putus gitu ngomongnya" tanyaku dengan cepat seolah ada yang tak beres.

"Gak papa kok dek.. uugh.. pelan-pelan Pak.." suaranya terakhir agak menjauh seperti menghindar dari microphone BB nya.

"Kak Alyaa! Kakak lagi diapain sih?" tanyaku langsung menembak kak Alya, karena terdengar ia menyebut si Bapak.

"Inii.. aduuhh.. maaf ya dek.. Bapak-bapak nih.. sshhh.. uugghh" kak Alya menjawab dengan napas agak memburu seperti orang yg sedang berolahraga.

"Kak Alya kenapa? Kok jadi Bapak-bapaknya?" tanyaku mulai sewot dengan bayangan-bayangan yang ku takutkan.

"Kak Alya lagi dientot ya?" lanjut ku menembak kak Alya dengan nada kesal.

"Uugh.. Maaf ya dek, hihi.. Bapak-bapak ini nakal banget.." jawab kak Alya manja, membuatku tak tahan mendengarnya.

"Uuhh, kak Alya ahh.." ku tunjukkan padanya bahwa aku sewot dan gondok.

Ternyata benar dugaanku kalau negosiasi biaya ganti ruginya dengan cara seperti ini. Sialan! Ini salahku sehingga kakakku sampai berurusan sama mereka. Seandainya aku sabar menunggu kak Alya pulang. Seandainya aku tidak menelpon kak Alya tadi. Pastinya kak Alya tidak akan menyenggol mobil tuh orang, dan gak akan berurusan dengan dua orang brengsek itu.

“Abisnya gimana lagi doonk.. kak Alya dipaksa merekaa.. eegh.. paak..” kak Alya mulai meracau ngga jelas.

“Kak Alya nakal ah! Kak Alya nakal!” hardik ku berkali-kali pada kakak kandungku dengan sebal, walau saat mengatai kakakku sendiri dengan kata-kata itu justru membuat tanganku mulai menggenggam erat otongku.

Entah karena fantasiku, atau karena mencoba dengan keras untuk terbiasa bahwa kak Alya sudah dientot dua kali oleh orang asing. Aku bahkan mulai tak yakin sebenarnya sudah berapa kali kak Alya melakukan hal seperti ini.

"Hihi.. adek pengen yah.." goda kakakku.

"jangan yah, sayang.. adek kan saudara kandung kakak.. ga boleh kalau sekandung ngen-tot bareng.. eeghh.." kak Alya sengaja menekankan kata ngentot untuk menggodaku.

"Yaahh.. pengen ni kaak.." mohon ku.

"Hihihi, adek pasti lagi ngocok yah?" kak Alya emang jago menebak, tapi tidak jago-jago amat karena memang saban hari kerjaku hanya onani membayangkan kak Alya.

Pengalaman Alya 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang