Prolog

676 53 2
                                    

Selamat datang buat pembaca baru aku atau pembaca setia yang sudah lama menemani perjalananku selama menulis novel di wp ini🌷

Novel ini aku buat murni buat senang-senang dan memuaskan fantasi aku di dalam sebuah buku ini. Jadi, jika tidak sesuai dengan kemauan kalian aku ucapkan minta maaf dan di mohon langsung pindah lapak.

⚠️Tidak terima kata-kata yang bersifat kasar, menghina saya ataupun menghina novel ini. Lapak ini tidak terima bullying dalam bentuk apapun. Kalau tidak suka langsung tinggalkan lapak cerita ini dan jangan tinggalkan komentar negatif yang membuat down penulis.

Semua kritik membangun atau saran atau apapun itu dalam sifat positif akan saya terima. Jika ada kesalahan saya dalam membuat cerita, penulisan kurang tepat atau COVER NOVEL yang saya minta dari pin ternyata milik orang lain, tolong di beritahu secara baik-baik jangan kasar atau kalian saya block🙏

Terimakasih sudah membaca atau cuma di scroll doang saya juga gak perduli yang penting ngerti yooo.

Call me Serly or Sey.
Thank uuu, friends. Kali ini Serly buat novel fantasi lagi, yawww.

Happy reading.

⚠️

"Lo harus baca novel yang lagi booming ini!"

Yora Vanianta, gadis yatim piatu namun hidup berkecukupan itu seketika menoleh kearah salah satu temannya yang cukup sok akrab satu minggu ini padanya.

Kedua orangtua Yora meninggal 7 tahun yang lalu saat dia berusia 10 tahun akibat kecelakaan lalu lintas saat keduanya pulang dari luar negeri. Keduanya meninggal dengan banyak meninggalkan warisan untuk Yora.

"Judulnya?" Tanya Yora tanpa menoleh kearah Salma karena dia tengah sibuk belajar beberapa soal ujian sekolah mereka.

"Secret relationship! Gila keren banget cewenya, dia berani melawan antagonis dan memfitnah figuran novel! Dia cantik tapi kejam juga sih, tapi gue suka karakternya dia," Jelas Salma secara garis besarnya.

Yora mengangguk tetapi kemudian mengalihkan tatapan matanya kearah Salma. "Gue udah baca si, tapi novelnya kok lebih banyak ke figuran ya dialognya, maksud gue sampai serinci itu di ceritakan masalahnya dia."

Salma juga mengangguk menyetujui ucapan Yora. "Mungkin karena dia figuran yang sempurna dan special?"

Yora mengangguk saja. "Mungkin si, tetapi ujungnya mati juga karena bodoh tu figuran."

"Gak bodoh, tetapi emang penulisnya pengen dia mati kali biar pameran utamanya paling bersinar di novel."

"Lantas, tujuan dia bikin figuran sesempurna Ayora buat apaan?"

Salma mengendikkan bahunya tak perduli. "Entah, ngapain juga bahas Ayora."

Yora mengangguk. "Lah iya, gak penting juga tokoh novel yang bakal jadi abu itu."

Keduanya kembali terdiam dan melanjutkan tugas dan pekerjaan masing-masing sampai akhirnya jam pulang berkumandang seantero sekolah membuat banyak siswa-siswi berlarian menuju parkiran karena tidak ingin terlambat pulang ke rumah.

"Yora!"

Yora yang baru saja hendak memasuki mobilnya seketika terhenti saat di panggil oleh Salma yang sekarang berjalan kearahnya.

"Ada apa?"

"Nih." Salma menyodorkan sebuah botol minum berwarna pink kearah tangan Yora. "Itu susu cokelat yang lo suka, gue bikin sendiri di rumah sebagai ucapan terimakasih gue karena udah mau temenan sama gue yang kata mereka 'ansos' ini."

Yora menerima botol minum itu tanpa curiga sama sekali, sambil tersenyum ia berucap dengan santai.

"Ah, temanan itu, kan gak usah pilih-pilih. Gue berteman sama lo tulus kok, seharusnya lo gak usah repot-repot begini."

Melihat Salma yang tersentak kaget mendengar ucapannya, membuat kening Yora menyatu karena curiga akan sesuatu.

"G-gak repot kok, Ra. O-oh iya gue pulang duluan ya, tuh ojek gue udah nunggu." Salma menunjuk kearah pria yang memakai jaket hijau di ujung jalan.

"Ya, hati hati ya! Terimakasih minumannya."

Salma hanya membalas dengan senyuman dan lambaian tangan yang agak lambat.

Yora masuk kedalam mobilnya dan menyalakan mesinnya. Ia menatap ke arah botol minum di tangannya dengan tatapan datar. "Gue kira lo tulus sama gue. Cih, dasar hama!"

Yora membuang minuman tersebut keluar jendela mobilnya. Ia mengambil ponselnya yang berada di dalam saku, dimana ada 5 telepon tak terjawab dari sepupunya sekaligus sahabat satu-satunya.

"Halo! Lo dimana njing!"

"Gue masih di sekolahan, lo kenapa pulang duluan?"

"Papa lagi sakit, makanya tadi gue ijin pulang duluan."

"Om Anton sakit apa?"

"Jantungnya kambuh lagi, gapapa santai aja. Gimana sama Salma, dia masih deketin lo?"

Tatapan mata Yora menajam, seraya dia menjalankan mobilnya menjauh dari kawasan sekolah.

"Masih, bahkan tadi dia sempat kasih gue minuman beracun. Dasar sialan, tu cewe!"

"What the hell! Dari mana lo tahu itu beracun emang lo minum?"

"Gue sempat lihat dia tuang kayak bubuk gitu ke minuman ini pas di wastafel toilet."

"Hilih, menjijikan bgt tu cewe."

"Makanya gue minta lo balas tu cewe, benci gue."

"Kenapa gak lo aja?"

Yora tersenyum kecil sambil dari tadi mencoba tenang saat kakinya terus saja menginjak rem mobil tapi tidak berfungsi sama sekali.

"Yora! Lo masih dengar gue gak?!"

"Mobil gue di sabotase, Nana. Kayaknya si gak selamat nih."

"Woyyy gila lo! Yang serius duluuu!"
"Yora!!! Lo dengar gue gak sihhh?!"

"Bye!"

Tut.

Itu adalah rentetan kalimat terakhir Yora sebelum akhirnya truk besar melaju dengan cepat kearah nya.

"Ah, mati juga gue walaupun gak minum racunnya."

💗💗

Yang bilang ini cerita klise, iya benar ini cerita klise. Tolong langsung minggat dari sini ya jangan sampai nunggu saya block. 😊🙏

Sampai jumpa, sayangku semua😚

💗💗

The perfeck AyoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang