Bagan 10

336 62 40
                                    

Omo omo! Makasih ya udah tembus 45 vote hehe.
Maaf juga lambat up-nya soalnya kemarin-kemarin fokus buat uts hehe.

Semoga suka ya semuanya💗🙈

Maxwell Salvador Robert adalah pria tampan dengan darah campuran Spayol-Indonesia dan ia sudah lama tinggal di Indonesia sejak kecil tetapi saat masuk Perguruan tinggi dia lebih memilih di University of Oxford yang berada di Inggris Raya. Bersama kedua orang tuanya yang memang tinggal di sana berdua karena Max hanya anak tunggal.

Ia menjadi lulusan terbaik di sana dan lulus di tahun ketiga dia berkuliah. Setelah itu dia lanjut lagi berkuliah sehingga mendapatkan gelar MBA.

Hebat, pria itu hebat, tampan dan kaya tentu saja. Bisnisnya ada dimana-mana dan dia juga hobi dalam merancang berbagai jenis senjata tajam yang kemudian dia jual belikan untuk menambah kekayaannya. Padahal isinya baru dia puluh tiga tahun.

Di balik semuanya itu, Max tidak membutuhkan apapun lagi dalam hidupnya, mungkin hanya itu untuk sekarang ini. Ia berpikir terlalu muda untuk memikirkan soal wanita.

Semua wanita memang mencarinya tapi Max tidak butuh di cari karena dia yang akan mencarinya sendiri.

Walaupun ayahnya berasal dari luar dengan budaya baratnya yang kental tetapi Max tidak menyukai hal-hal seperti sex bebas dan narkoba. Karena dia menghargai ibunya yang berasal dari Indonesia dan tinggal di Indonesia sejak kecil cukup memberinya pengajaran jika di sini hal seperti itu tidak baik.

Tok tok tok

Max mengalihkan tatapannya dari MacBook kearah pintu cokelatnya yang di ketuk.

"Masuk!"

Ceklek

"Aku membawakan beberapa berkas penting yang harus kau tandatangani, Max," Ujar Aaron yang sudah tidak mengejutkan lagi. Aaron di peringati agar tidak berbicara formal saat dia dan Max hanya berdua.

"Aku masih memeriksa laporan di kantor cabang yang berada di Bali."

Jawabannya membuat Aaron sadar jika pekerjaan Max sungguh banyak.

"Baiklah aku letakkan berkas-berkas ini di meja." Aaron berjalan kearah sofa dan meletakkan berkas-berkas tersebut. Aaron bukannya tidak mau membantu, tetapi tugas dan tanggungjawabnya lebih banyak lagi sehingga harus membuatnya jarang tidur.

"Ya."

"Mau sebuah kopi?" Tawar Aaron saat melihat raut wajah kelelahan sang teman.

"Ya."

Aaron menggelengkan kepalanya lalu pergi keluar sebentar. Saat pria berkacamata itu kembali ada seseorang yang juga ikut di belakangnya dengan senyum lebar yang membuat Max meliriknya sekilas.

"Kau tidak tidur semalam?" Tanya Alex sesaat setelah mendudukkan dirinya di sofa. Ia melihat jika Aaron repot-repot menyajikan sebuah kopi ke meja Max.

Max mengangguk seraya meletakkan kacamatanya di atas meja. Ia menyesap kopi tersebut sedikit.

"Ya, ada masalah dengan kantor cabang di Bali dan itu cukup membuatku frustasi."

Alex dan Aaron memperhatikan wajah gusar yang di miliki oleh teman mereka tersebut.

"Bukannya kau baru ke Bali waktu itu? Seharusnya sudah kau handle, kan?" Tanya Alex tak mengerti dengan jalan pikir Max.

Max mengendurkan dasi di lehernya yang terasa mencekik, ingatannya terlempar saat kejadian di Bali waktu itu dimana ada seorang gadis yang menabraknya sehingga rokok di tangannya terjatuh. Waktu itu Max sedang berpikir solusi untuk kasus permasalahan kantor cabangnya di sana tetapi malah buyar saat gadis kecil menabraknya dan mengatakan mabuk padahal Max sama sekali tidak mencium bau alkohol dari tubuhnya.

The perfeck AyoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang