Bagan 3

416 44 1
                                    

Satu minggu sudah berlalu sejak Yora tinggal di dunia novel yang penuh misteri ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu sudah berlalu sejak Yora tinggal di dunia novel yang penuh misteri ini. Rutinitas Yora hanya tidur, makan, kadang-kadang di ajak mama ke mall, salon, spa dan toko skincare dan jangan lupa jika setiap lagi mereka harus lari bersama yang kadang kala membuat Yora jengkel sekali.

Mama, papa dan kakak kembarnya selalu saja menebar senyum hangat dan senang dengan perubahannya. Apalagi mama, dia sangat menyayangi Yora bahkan tak segan-segan memukul anak kandungnya, Kenzi karena telah mengisengi putrinya.

Papa senang dengan perubahan yang sudah terjadi satu minggu ini. Karena itu memang sifat asli Ayora sebelum ibu kandungnya meninggal. Ayora itu hangat, ceria, lucu dan sedikit nakal.

Dan sifat itu kembali muncul setelah beberapa tahun berlalu dan papa sangat bahagia.

"APA?! PAPA SERIUS!?"

Mulut Yora yang baru saja berteriak langsung saja di bekap oleh Kenzi karena terlalu nyaring.

"Kenzii!" Sentak Mama saat melihat raut wajah Ayora yang mulai berubah masam.

"Berisik, ma! Lihat nih kuping Kenzi jadi merah!" Adunya seperti anak kecil yang membuat Yora mencibir.

"Mulut gue juga sakit lo bekap tiba-tiba!"

"Lo yang mulai teri-"

"Sttt, jangan bertengkar terus. Dengerin tuh papa mau lanjutin ngomong." Ujar Kenzo seraya tangannya membelai rambut Ayora yang sudah acak-acakkan.

Yora tersenyum sampai matanya menyipit. "Selain ganteng, dia romantis juga. Coba lu yang jadi pameran utama."

"Alah, Ayora yang dulua-"

"Kenzi! Mama gak mau ya dengar kamu ngomong lagi, kasian itu Ayora-nya jadi badmood." Bela mama yang membuat Yora menarik seringai tipis kepada Kenzi di sebelahnya.

Kenzi juga sebenarnya menahan senyum namun dia tetap memasang muka garang. "Apa lo lihat lihat?!"

Plak

"Aduhh, sakit ma!" Keluh Kenzi saat pahanya di tabok dengan keras oleh sang ibunda.

"Ehem, udah-udah dengerin papa dulu ya, nanti aja lanjut bertengkar nya." Sinis papa kesal walaupun kemudian dia tersenyum. Karena pemandangan seperti inilah yang dia inginkan dari dulu.

"Seperti bilang papa tadi, kita bakal pergi ke Bali buat liburan semester kalian, tapi sebelum malam Natal kita harus pulang ke sini lagi."

"Berarti cuma lima hari aja dong di Bali?"

Papa tersenyum kepada Ayora. "Emangnya kamu ngapain lama-lama di sana?"

"Cari bule kali pa si Ayora. Matanya emang lagi genit-"

"Sembarangan aja kalau ngomong! Tapi kalau ada yang lewat sih, sekalian aja." Di kalimat terakhirnya Ayora bergumam dalam hati.

"Dih,"

The perfeck AyoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang