Bagan 8

381 58 24
                                    

Hello, sweetie 💗🍑
Aku senang sekali dengan antusiasme kalian buat cerita ini, aku gak berharap banget si jadi serame ini ya walaupun baru 1,5k pembaca hehe, tapi itu udah keren bgt si menurut aku.

Guys, semoga aku bisa konsisten ya buat nulis cerita ini, aku gak bisa janji buat up tiap hari karena kehidupan aku di real life juga ruwet kayak otakku yg mikirin ni alur cerita.

Iya emang udah ada outline nya tapi, kadang-kadang aku ubah🥺😇
Dan guys, Terimakasih banyak udah stay di cerita TPA ini💗🙈🌹

Kasih 🌺🌻🌹🌷 dulu buat semuanya😄

Happy reading.

Saat Ayora sampai di rumah Cindy yang di hias sedemikian rupa indahnya, bahkan rumah tersebut lebih besar dibandingkan dengan rumah Ayora. Huh, tapi bersyukurlah.

"Mari, nona dan tuan saya pandu ke tempat acara." Ujar salah satu maid dengan pakaian yang indah. Maid tersebut menuntun Ayora dan ketiga kakaknya semakin masuk ke dalam dan berakhir di area belakang yang di tengahnya terdapat kolam renang. Banyak sekali orang di sini, wajar saja, kan di undang seangkatan bahkan dari luar juga.

"Makasih, mbak." Ujar Kenzo kepada maid tersebut yang tersenyum dan pergi dari hadapan mereka.

"Kamu gak langsung kasih hadiahnya ke Cindy, Ra?" Tanya Aaron dengan bingung saat Ayora hanya berada di dekat mereka saja. Beberapa pasang mata kadang-kadang mencuri pandang kepada keempat manusia itu.

Ayora mendadak gugup saat melihat Cindy yang berdiri di atas podium sana. Ia menerima banyak kado dari berbagai kalangan. Dan masalahnya adalah, jika memberi kado kepada Cindy harus naik keatas podium. Please lah, Ayora tidak suka menjadi pusat perhatian. Dia pemalu.

"Malu lah, bang. Aku gak pede di tatap banyak orang nanti kalau naik ke sana ngasih hadiah," jawab Ayora dengan meremas paper bag di tangannya. Itu adalah hadiah untuk Cindy, sebuah tas bermerk yang mungkin saja banyak di miliki gadis itu.

"Biasanya lo gak perduli tuh jadi pusat perhatian di sekolah." Jawab Kenzi bingung.

Aduh, itu bukan gue anjir. Itu Ayora asli!

Belum sempat Ayora menjawab tiba-tiba tiga orang gadis mendekat padanya dan salah satu diantara mereka meninju lengannya sedikit keras. Jika saja tidak ada Aaron yang menahannya mungkin saja Ayora akan terjerembab dan berakhir di tertawakan.

"Siap-" belum sempat Ayora berbicara untuk memaki, orang tersebut lebih dulu memotongnya.

"Sombong lo sekarang iya! Chat di grup WA gak lo bales-bales anjing!" Suara penuh makian itu keluar dari mulut Anisa. Gadis dengan dress mini berwarna ungu janda tetapi sangat pas untuk di pakainya. Terlihat cantik dan hot tentu saja.

"Abang ke sana dulu ya, Ra. Duluan." Ujar Aaron lalu berlalu pergi setelah mengelus kepada Ayora dan mengucapkan 'duluan' kepada teman-teman adiknya.

"Gue gak buka WhatsApp anjir!"

Anisa menunjuk wajah Ayora dengan ekspresi sinis. "Pantat lo gak buka WA! Gue jelas-jelas lihat lo online, bangke!" Lalu tatapan Anisa jatuh kepada Kenzo yang memainkan ponselnya, lelaki idamannya itu terlihat tampan dengan jas hitam yang membalut kemeja birunya.

The perfeck AyoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang