06.[ Penampakan ]

9 1 0
                                    

Setelah mereka sampai di rumah, mereka pun bersih bersih badan, dan melaksanakan sholat dzuhur, bagi yang umat muslim. Dan yang lainya, bertugas untuk mengolah ikan nila tadi. Tasya dan Galuh, sudah menyiapkan bumbu bumbunya, sedangkan Gevano dan Devano, mereka sedang membersihkan ikan tadi. Walaupun itu terpaksa. Mereka juga tidak tahu cara mengolahnya, namun, Tasya dan Galuh memaksanya. Mereka pun membersihkanya, walaupun tak karuan hasilnya.

Selesai membersihkan ikanya, Devano membawanya ke dapur, lalu memberikan ikanya ke Tasya. Seketika, mata mereka membulat sempurna, setelah melihat penampakan ikan yang tak sewajarnya. Mereka malah memotong kepala dan ekor ikan, sehingga tersisa badanya saja. Itu pun, penuh dengan goresan pisau. Seketika, wajah Tasya memerah, tanganya mulai menggenggam erat pisau . Emosinya, semakin naik ke ubun ubun, lalu memplototi mereka, sampai Gevano dan Devano, tak berani berucap sekalipun.

" KALIAN....!! Di suruh ngolah kok malah di hancuriiin....!!! " geramnya . Ia pun menghentakan kakinya, mendekati mereka.

" I-ya i-ya..., kita minta maaf... Lagian, di paksa ngolah ikan, kan, kita nggak bisa.... " gerutu Gevano.

" Iya! Udah di bilang, kita nggak bisa ngolah ikanya, kalian Masih maksa kok, ya salah situ juga...." timpal devano.

" Ya udah, mana ikanya.... " pinta Tasya. Gevano pun memberikan ikan itu, kepadanya. Namun,ia malah menjabutnya dari tangan Gevano dengan kasar. Karena kesal dan marah.

" Nggak usah marah marah kali, nanti cantiknya hilang loh... " rayu Devano. Seketika, wajahnya tersipu malu. Ingin hati untuk tersenyum, tapi ia tahan.

" Kelamaan ! Bawa sini ikanya.... " celoteh Galuh. Ia sudah berada di depan bakaran ikan. Tasya pun menghampirinya, lalu membantunya untuk memasak ikan bakar nila.

Gevano dan Devano pun duduk di kursi depan, dan memperhatikan mereka dari jarak jauh. Tak lama kemudian, Caca, Safira, Gibran dan juga Aldi datang. Setelah melaksanakan sholat dzuhur.

" Heh, kok kallian berdua, malah diem... Nggak bantu mereka....? " pekik Aldi. Ia menepuk keras pundak kiri Gevano dari belekang, sampai ia terkejut bukan main.

" Lo ngagetin ajah Di...! " kesalnya. Ia balik melepuk bahu Aldi dengan keras pula. Sehingga Aldi merasakan panas yang begitu ngilu , dari tangan si Gevano. Ia pun menggosok nggosok pundaknya sendiri.

" Sakit woi! " kesahnya.

" Sama, gue juga sakit!! " sahut Gevano dengan nada keras.

" Galuh, biar aku ajah yang gantikan, kalian di sana ajah " ucap Gibran. Ia meminta temanya itu untuk pindah. Dengan senang hati, mereka pun pindah dari tempatnya, lalu di gantikan Gibran. Ia mengipasi arang, sampai terbuatnya api.

" Gue bantu Gib... " kata Aldi mendekatinya. Ia pun duduk di sebelah Gibran,lalu meletakan ikan nila yang sudah di bumbuni tadi.

Sedangkan yang lainya, mereka sedang menunggu matangnya ikan. Sama sama duduk berjejer di kursi panjang depan rumah.

" Dev, Gev, kalian sini... Bantu kita.... " ajak Aldi.
Ia sudah tak tahan, dengan asap yang membumpeti hidungnya, dan menyamarkan pandanganya. Sehingga ia, merasa sesak dan batuk batuk .

" Nggak bisa... Kalian ajah..." sahut Devano.

" Tadi kita udah..... "teriak Gevano. Aldi mendengus kesal dengan dua temanya itu. Selalu tak bisa di ajak kerja sama, ketika melakukan kerja bakti.

Setelah ikanya matang, mereka pun menyajikanya di atas karpet, lalu mengeruminya. Sebelum makan, mereka sudah membaca do'a sebelum makan menurut ajaran agamanya . setelah merasa lapar yang amat dalam, mereka pun langsung menyantapnya.

Perang Dua Alam  [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang