07.[ kesurupan ]

9 1 0
                                    

Setelah lelah seharian beraktivitas, dan lelah untuk berfikir, mereka pun memutuskan untuk tidur lebih awal. Mereka terlihat nyenyak di dalam alam bawah sadarnya. Seperti melepas rasa letih dan penat. Tasya dan Galuh, sedang menikmati mimpi indahnya, ia terlihat tersenyum semringah malam ini. Walau, di iringi dengan tengkuran Galuh yang tak henti hentinya.

Gibran dan Aldi juga terlihat nyenyak tidurnya. Aldi bahkan, memeluk tubuh Gibran dengan erat, sampai Gibran tak bisa gerak. Kaki kananya, menimpa tubuh krempeng Gibran. Bukan Aldi namanya,kalau tidak mengeluarkan cairan bening membentuk air terjun, yang keluar dari sudut bibirnya. Ia tak pernah bisa, untuk menahan ilernya untuk keluar. Karena orang tidur, tidak sadarkan diri. Mau ia di seret, mau ia di kafani, ia tak akan sadar.

Berbeda dengan Safira dan Caca. Tidur mereka, terasa ada yang mengusik. Walau sudah memejamkan mata, namun, bayangan hitam selalu menghantuinya. Mereka sampai tak bisa tidur. Namun, mereka masih memaksa matanya untuk terpejam.

" Balikan ikan ku.... Balikan.... Ikan ku..... " bisikan itu, terus mengusik tidur Safira. Ia sampai berguling ke sana ke mari, untuk mempunteti pendengaranya.

" Balikan ikan ku.....!!! " bisik seseorang lagi. Ia tak nyaman dengan tidurnya. Wajahnya berkerut kerat, tanganya panas dingin. Ia meremas kuat seprainya. Sampai lecek di buatnya. Ia mendesah kecang, seperti ada yang mencekik lehernya. Sampai ia tak bisa bernafas. Ia ingin membuka mata, tapi na'as, matanya terasa berat untuk di buka. Seperti ada yang mengunci pintu alam bawah sadarnya. Ia mencoba untuk teriak, namun, ia tak bisa mengelurkan suara. Tenggorokanya tercekik, untuk bernafas saja susah. Ia pun menggerak nggerakan kakinya, menyenggol nyenggol kaki Caca, untuk meminta bantuan.

" Ekhh.... Ekkhhh.... Ekhhhh... " Safira terus mendesah. Ia menggeleng nggelengkan kepalanya dengan pelan. Ia berpindah posisi ke kiri, ke kanan, untuk melepas cekikanya.

" BALIKAN IKANKUU.....!!! " tegas bisikan itu. Ia menampakan diri di dalam alam bawah sadarnya. Ia bermuka tua, dan berambut panjang. Matanya merah , mendelik ke wajah Safira. Giginya bertaring tajam, mulutnya lebar, dari sudut bibirnya, mengelurkan darah terus menerus. Tanganya, hitam, dan kukunya panjang. Seperti singa yang akan menerkam mangsanya.

Safira menangis di dalam mimpinya. Ia ketakutan, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tak bisa untuk berteriak meminta tolong, dan tak bisa bangun dari tidurnya. Tubuhya terasa di kunci, bukan tubuh saja, nafasnya juga terkunci. Ia sangat susah untuk mendapatkan oksigen. Ia menangis jerit di dalam hatinya. Matanya, tertutup pekat, tak berani untuk menatap wewe gombal itu. Ia menangis kejar di dalam hatinya. Ia tak bisa bertindak apa apa, ia hanya pasrah dan berdo'a kepada allah.

" Ya allah... Kirimkanlah pertolonganmu, hamba tidak mau mati dengan cara ini ya allah... " tangisnya di dalam hati.

" Safira Safira..... " panggil teman temanya . Mereka sudah berkumpul di kamarnya, semenjak Caca terbangun dari tidurnya, dan kaget, melihat reaksi Safira di dalam tidurnya.

Ia pun keluar dan memanggil teman temanya. Mereka juga terkejut bukan main, kenapa Safira bereaksi seperti ini? . Dari raut Wajah mereka terlihat sangat panik dan khawair.

" Safira, Safira...lo kenapa? " panik Tasya. Ia menepuk nepuk pipi kanan kirinya. Namun, safira masih tak sadar. Ia terus mendesah, dan menangis kejang.

" Safira, bangun Saf.... " ucap Caca. Ia menggoyang nggoyangkan tubuhnya agar ia terbangun.

" kayaknya, dia kesurupan deh " ucap Aldi.

" Iya bener, dia kesurupan nih " sahut Galuh. Ia duduk di tepi ranjang, sebelah kanan Safira .

" Coba kamu Rukiyah Gib " saran Aldi. Gibran yang sedari tadi hanya diam, karena sedang berfikir. Kenapa ia kesurupan tengah malam? Padahal tadi ia baik baik saja? . Batinya dalam hati.

Perang Dua Alam  [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang