13.[ Pulang ]

4 0 0
                                    

Gevano dan Galuh semakin kualahan menghadapi mereka. Ia semakin di desak oleh para makhluk itu. Senjatanya pun semakin menipis. Mereka berdua memutuskan untuk mencari tempat yang aman. Semakin ia menghindar,semakin banyak yang menemukanya.Yang penting, mereka bisa melarikan diri dari makhluk ghaib itu.

Namun, mereka seperti melihat jejak keduanya. Ia bisa di buntuti oleh makhluk itu. Mereka juga tak mau kalah dalam perang ini. Ia merasa terusik, oleh sebab itulah, mereka yang harus menang.

Gevano semakin ketakutan dan lelah. Bahkan, untuk menghirup nafas sejenak belum ia rasakan. Nafasnya masih terengah engah. Keringatnya juga sudah membasahi semua badanya. Seperti orang yang baru mandi. Namun, ia mandi bukan pake air, melainkan pakai keringat.

" Bagaimana ini ?" tanya Gevano ke Galuh. Mereka terdesak di antara para makhluk itu. Di kelilingi dari berbagai arah. Sampai tak bisa mengelak lagi.

" Gue juga nggak tahu.. kita tunggu mereka ajah..." jawab Galuh.

Sampai pada akhirnya makhluk ghaib itu mengerumuni mereka berdua . Ia semakin mendekati posisi Galuh dan Gevano . Sedang mereka, sangat ketakutan .

" Kita baca jimatnya ajah ya... " usul Gevano.

" Emang lo bisa baca tulisanya? "

" Enggak " jawab Gevano menggelengkan kepala. Galuh pun mendesah, dan menggeleng nggelengkan kepala .

Semakin dekat, semakin cepat detak jantung mereka berdetak. Semakin pula nafasnya terhimpit. Sampai sampai, mereka tak berani untuk membuka mata. Galuh dan Gevano, berpegangan tangan. Meremas tangan satu sama lain. Wajahnya begitu mengerut kuat. Air matanya pun menetes. Pasrah akan keadaan pada saat ini. Entah apa yang akan terjadi nantinya. Apakah ia harus menjadi budak mereka ?, dan terjebak di alam mereka selama lamanya?.

Perasaan keduanya semakin berkecamuk tak karuan. Mereka berdo'a sekuat mungkin untuk keselamatanya. Hampir saja mereka di tangkap oleh makhluk makhluk itu . Namun, tangan mereka terhenti seketika. Para makhluk ghaib itu kepanasan. Berteriak sekeras mungkin. Menutupi kedua lubang telinga mereka.

" HUUAAKHH...... PANAS..... "

Terdengar pula jeritan jeritan dari dalam istana. Mereka semakin mendesah, dan semakin melemah jatuh tersungkur ke tanah.

Galuh dan Gevano, merasa ada yang aneh dari mereka. Kenapa tiba tiba berteriak kepanasan? Padahal ia tak bertindak apapun. Apa yang membuat mereka kepanasan? . Galuh dan Gevano membuka matanya dengan perlahan. Namun, masih dengan hati yang ketakutan.

Sangking panasnya mereka, ada yang sampai hangus, ada juga yang kesakitan. Dan sisanya, menahan panas . Perlahan, mereka mencoba bangkit dari tempatnya, dan berjalan tertatih tatih , dengan menyeret kakinya, dan menutupi kedua telinganya.

"Loh, mereka kenapa Gev? " heran Galuh. Ia menyenggol nyenggol siku kiri Gevano.

" Gue juga nggak tahu " jawabnya. Mereka terdiam di tempat, menunggu makhluk mahkluk itu masuk ke dalam istana.

Di arah lain, Devano dan Tasya berlari menyamperi mereka. Ia juga terlihat heran dengan tingkah makhluk ghaib itu. Tasya dan Devano pun tak membawa senjata apapun. Kelihatanya, kacang hijau Mereka sudah habis.

" Galuh... " panggil Tasya dari kejauhan. Galuh dan Gevano pun menghampiri mereka juga.

" Eh eh... Capek " keluh Tasya. Ia menepuk pundak kiri Galuh .

" Mereka kenapa bang? " tanya Devano ke Gevano.

" Ya mana gue tahu... Orang gue juga heran sama mereka " sahut Gevano dengan nada ngegas.

Perang Dua Alam  [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang