Hari pertama bekerja sebagai manager di sebuah Agency besar bukanlah perkara mudah, terutama anak asuhan berupa sebuah grup perempuan yang terkenal kurang adab, begitulah bagi Wendy.
Empat member yang berisi perempuan muda dari berbagai macam usia, bikin Wendy jadi geleng-geleng kepala di hari pertama, soalnya grup ini termasuk yang banyak mengalami turn over manager dalam kurun waktu empat tahun sejak mereka debut di industri musik. Dan pihak agensi tentu berharap kalau Wendy lah yang akan jadi satu-satunya orang yang bertahan sebagai pilar hak asuh member.
Kesan pertama itu penting, setidaknya dia jadi tahu karakter tiap anggota. Mulai dari anggota termuda, yakni Yeri. Di umur yang baru menginjak dua puluh bikin si bungsu jadi hiperaktif, terbukti dengan tingkahnya yang langsung memberikan permen karet di kursi yang Wendy dudukin, lalu tertawa kencang sebagai respon singkat atas tingkahnya sendiri. Di ikuti dengan Joy yang ikut tertawa sembari menepuk-nepuk tangan, seolah celana mahal yang terkena lepehan permen karet itu jadi hal menarik di matanya. Memang anak setan!
Dan jangan lupakan satu anggota berwajah imut, salah satu favorit Wendy saat ini, setidaknya itu yang terjadi di kesan pertama mereka bertemu.
Seulgi yang melihat Wendy di kerjain para adiknya, buru-buru mengambil tissue basah di tasnya, lalu berlutut untuk membantu sang manager baru itu untuk membersihkan celananya.
"Celana lo mahal-mahal gini malah kena ilernya Yeri" celetuknya sembari tertawa kecil.
Wendy hanya menggelengkan kepala dengan lemah, mungkin gak punya tenaga lagi buat komentar.
"Maaf ya?" Kata Seulgi sekali lagi, sembari tersenyum lembut menyerahkan bungkusan tissue basah itu ke tangan Wendy.
"Buat jaga-jaga aja"
Wendy mengernyit heran, sembari ikut mengangguk paham, mungkin menyediakan banyak alat bantuan sebelum berperang ada baiknya untuk beberapa hari kedepan, gak ada yang tahu kan tingkah konyol apalagi yang bakal di perbuat si bungsu padanya.
"Leadernya mana?" Tanya nya kemudian, saat menyusuri seluruh area dorm yang terlihat kosong atas keberadaan tertua.
Joy menggeleng pertanda kalau mereka juga gak punya clue yang sama, seolah perkataan staff agensi memang benar adanya, jikalau si tertua memang doyan kabur-kaburan tanpa kabar setelah kerjanya selesai.
"Yauda segitu aja perkenalnya, kalau ada apa-apa tolong chat gue ya? Kebetulan gue tinggal gak jauh dari sini, jadi bisa langsung meluncur kalau ada sesuatu yang urgent" kata Wendy untuk terakhir kali di sesi perkenalannya ke para member yang bakal jadi anak asuhnya selama dua tahun kedepan.
Dalam hati dia berdoa, semoga aja dia bakal kuat buat ngadepin sisa 729 hari yang ada selama masa kontrak kerja nya berlangsung. Doain ya temen-temen.
Yang lain cuma mengangguk, mencoba mengiyakan. Karena merasa gak ada yang harus dia kerjakan lagi, Wendy pun berjalan ke arah pintu dorm, tentunya untuk pulang kerumah. Toh kerjaan di hari pertama selalu gak banyak, begitulah pikirnya.
Tapi belum genap sampai gagang pintu, dering ponselnya lebih dulu berbunyi nyaring.
Wendy dengan buru-buru mengecek ponselnya, lalu mendapati satu notif pesan dari nomor yang dia tahu masih ada di ruangan,
"Kenapa Joy?"
"Katanya urgent chat lo kan? Gue laper kak, masakin dulu dong" ucap Joy santai sembari tersenyum simpul, bikin Wendy jadi bergidik ngeri sendiri.
"Emang gak bisa pesan aja ya? Masih ada dana dari perusahaan kan?" Balas Wendy yang mungkin mulai sebal, gak seharusnya memasak makanan member jadi salah satu list job desk nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
RomanceWendy menjadi manager sebuah Girl grup terkenal yang banyak kontroversi. 100% fiksi, bahasa non baku. Gxg content.