Bab II : Kembali Ke Akar.

34 23 7
                                    

Dengan keputusan yang yakin, Nara memutuskan untuk kembali ke kota kecil tempat ia dibesarkan. Di sana, di antara kenangan masa lalu, dia berharap menemukan jawaban yang bisa membebaskannya dari bayangan Raka.

Ketika Nara tiba di kota, dia disambut oleh Ayu, sahabat baiknya sejak kecil. Ayu memeluknya erat dan tersenyum penuh kehangatan.

"Nara, aku tidak percaya kamu kembali! Kota ini terasa seperti berbeda waktu kamu pergi."

Nara tersenyum, merasakan rasa nyaman yang akrab.

"Aku merasa seperti melangkah ke dalam babak lama dalam hidupku. Semua ini mengingatkanku pada Raka."

Mereka duduk di kafe lama yang penuh kenangan.

"Aku merasa sangat rindu." kata Nara sambil menatap meja tempat mereka sering berbincang. "Raka dan aku menghabiskan banyak waktu di sini."

Ayu menyendokkan kopi ke cangkirnya dan berkata, "Terkadang masa lalu memiliki cara untuk menarik kita kembali. Mungkin kamu perlu menemukan kembali jejak-jejak kenanganmu."

Nara mengangguk setuju. "Aku tahu, aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ada sesuatu di sini yang bisa menjelaskan semua perasaanku yang membebani."

Ayu menatap Nara dengan empati.

"Kita bisa mulai dengan mengunjungi tempat-tempat yang sering kamu kunjungi dulu. Mungkin sesuatu di sana akan membantumu mengungkapkan apa yang kamu cari."

Nara memandang ke luar jendela, melihat jalan-jalan yang familiar. Dengan tekad baru, dia memutuskan untuk mengunjungi rumah lama mereka dan taman tempat mereka sering bermain.

Setiap langkah terasa penuh makna, seolah-olah kota kecil ini menyimpan rahasia yang telah lama tersembunyi.

Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan yang dulu selalu mereka lalui. Rumah lama Nara tampak sama seperti dulu, dengan cat yang sedikit memudar namun tetap menawan.

Jendela-jendelanya yang berdebu seolah menyimpan cerita-cerita yang telah lama tertutup.

Nara berhenti sejenak di depan gerbang, memandang rumah yang penuh dengan kenangan indah dan pahit.

Ayu melihat ke arah Nara dengan penuh perhatian. "Apa yang kamu rasakan sekarang?"

Nara menarik napas dalam-dalam, mencoba menyerap suasana di sekelilingnya.

"Aku merasa seakan-akan ada sesuatu yang hilang di sini. Ada bagian dari diriku yang tertinggal di masa lalu. Rasanya seperti ada ruang kosong di dalam hati ini."

Mereka melanjutkan perjalanan ke taman. Suasana taman itu penuh dengan masa masa dulu. Sinarnya matahari sore menyaring melalui celah-celah dedaunan, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di tanah.

Aroma bunga dan dedaunan yang lembut melingkupi mereka, seolah mengundang mereka untuk kembali ke masa lalu.

Nara duduk di bangku yang dulu sering mereka tempati, sementara Ayu berdiri di sampingnya, memberi ruang bagi Nara untuk merenung.

Di tengah kesunyian, Nara mulai membiarkan pikirannya melayang ke masa lalu. Setiap sudut taman ini memiliki cerita, setiap pohon dan bunga menyimpan kenangan.

Angin lembut berbisik di telinganya, seolah-olah membawa pesan dari masa lalu. Dia membiarkan matanya menutup sejenak, membayangkan suara tawa mereka yang dulu mengisi taman ini.

Di sinilah, di tempat yang sama, dia merasakan kehadiran Raka, meski hanya dalam bentuk kenangan dan bayangan yang telah hilang.

"Terkadang aku merasa Raka masih ada di sini," ujar Nara pelan, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan taman.

Seperti ada jejak yang tersisa, tapi aku tidak bisa menangkapnya. Seolah-olah ada jembatan yang terputus antara kita."

Ayu duduk di samping Nara, menempatkan tangannya di bahu sahabatnya dengan lembut.

"Mungkin, Nara, kamu perlu mendengarkan lebih dalam. Terkadang jawaban ada di dalam diri kita sendiri, hanya perlu waktu untuk ditemukan. Ini seperti menyusun puzzle yang telah lama tersembunyi."

Nara menatap Ayu dengan rasa terima kasih yang mendalam.

"Terima kasih, Ayu. Aku merasa lebih tenang dengan kehadiranmu di sini. Aku rasa aku akan membutuhkan dukunganmu dalam perjalanan ini, karena perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan jawaban, tapi juga tentang menemukan kembali diriku."

Dengan tekad baru dan dukungan sahabatnya, Nara siap untuk menggali lebih dalam.

Dia tahu bahwa perjalanan ini mungkin akan membawa banyak perasaan yang tersembunyi, tapi dia bertekad untuk menemukan apa yang selama ini mengganggu hatinya.

Saat senja menyelimuti kota kecil itu, Nara dan Ayu berjalan pulang dengan langkah pelan. Langit memerah, mengingatkan Nara pada masa lalu yang penuh warna.

Cahayanya yang lembut seolah menghapus batas antara waktu lalu dan sekarang, membuat segalanya terasa lebih dekat.

Seluruh kota seolah berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang benar-benar mendengarkan. Dia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin dia temui, karena dia tahu, tidak peduli betapa gelapnya bayangan, ada selalu harapan yang bersinar di ujung perjalanan, seperti bintang-bintang di langit malam yang tak berujung.

Bisikan Rindu Dari Masa Lalu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang