Bab IV : Menyusun Kepingan.

30 23 4
                                    

Setiap kunjungan Nara ke tempat-tempat lama membantunya merangkai kepingan kenangan. Saat di taman, dia menemukan bangku dengan ukiran nama dan pesan dari pengunjung lama.

Nara duduk di bangku itu, menyentuh ukiran dengan lembut. "Ini seperti bagian dari cerita kita," katanya pada dirinya sendiri, senyum lembut mengembang di bibirnya.

"Mungkin aku bisa menambahkan tentang ini ke dalam novelnya."

Dengan hati-hati, dia mulai menulis catatan di buku hariannya. "Setiap detail kecil ini," ujarnya sambil menuliskan deskripsi bangku yang pudar namun penuh makna, "bisa membantu membangun cerita yang lebih dalam."

Nara menuliskan dengan cermat bagaimana ukiran pada bangku seolah-olah bercerita tentang cinta dan kenangan yang telah berlalu.

Saat dia menulis, pikirannya melayang ke masa lalu, membayangkan siapa yang mungkin telah duduk di sini sebelumnya.

"Mungkin mereka juga pernah merasakan kehangatan matahari yang sama," katanya dalam hati, membayangkan bagaimana mereka menikmati kicauan burung di sekitar taman ini.

Dia mengamati sekelilingnya dengan penuh perhatian. "Lihatlah daun-daun berguguran lembut," ujarnya, memandang ke arah warna keemasan yang indah di tanah.

Aroma bunga yang segar dan suara angin yang berbisik di antara cabang-cabang pohon seolah-olah menyanyikan lagu lembut.

"Semua ini benar-benar mempengaruhi imajinasiku," katanya, merasa terhubung dengan latar yang ada di sekelilingnya.

Nara melanjutkan catatannya, mengamati sebuah pohon besar yang menjulang dengan dahan-dahannya yang meneduhkan bangku.

"Pohon ini sepertinya sudah lama berdiri di sini," katanya dengan rasa kekaguman. "Mungkin dia telah menyaksikan banyak cerita yang tidak pernah terungkap."

Saat dia menulis tentang pohon itu, Nara membayangkan bagaimana dahan-dahan pohon itu bisa menjadi saksi bisu dari banyak kisah yang pernah terjadi di taman ini.

Dia membayangkan pasangan-pasangan yang duduk di bawah naungannya, berbagi rahasia dan impian mereka, atau anak-anak yang berlarian di sekitar, penuh keceriaan.

"Mungkin ada cerita tentang seorang wanita yang pernah merajut selendang di bawah pohon ini," pikirnya, "atau seorang anak yang meninggalkan coretan gambar di batang pohon."

Nara merasa seolah-olah dia sedang menghidupkan kembali masa lalu, setiap detail di taman ini menambah lapisan baru pada ceritanya.

"Ini bukan hanya tentang tempat, tapi tentang perasaan dan emosi yang tertinggal di sini."

Saat matahari mulai tenggelam, memancarkan cahaya jingga yang lembut ke seluruh taman, Nara merasa siap untuk menutup catatannya.

"Hari ini aku menemukan potongan-potongan penting untuk menyempurnakan cerita," ujarnya dengan rasa puas. Dengan setiap langkah menuju rumah, dia membawa serta rasa kehangatan dan inspirasi yang baru ditemukan, siap untuk menerjemahkannya ke dalam lembaran-lembaran novel yang akan datang.

Nara tahu, saat dia menulis cerita, dia tidak hanya menyusun kata-kata, tetapi juga menyusun kembali momen-momen dan kenangan yang membentuk jalinan hidup dan cerita yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Bisikan Rindu Dari Masa Lalu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang