Nara mengunjungi tempat-tempat yang dulu mereka kunjungi bersama. Di pantai tempat mereka berbagi canda dan tawa, dia bertemu dengan seorang pria tua yang mengaku sebagai teman baik Raka.
"Raka sering datang ke sini." kata pria tua itu dengan nada pelan.
"Dia menulis surat-surat yang tidak pernah dikirimkan, berharap bisa kembali kepadamu suatu hari."
Pria tua itu tersenyum lembut dan mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil dari saku jubahnya yang berdebu oleh waktu. "Ini milik Raka. Dia menitipkannya padaku untuk kamu. Katanya, ini berisi hal-hal penting."
Nara membuka kotak tersebut dengan hati-hati, seolah-olah setiap gerakan harus dilakukan dengan penuh penghormatan. Di dalam kotak itu, terdapat beberapa surat yang telah memudar, kertasnya kuning dan rapuh oleh waktu, tetapi tulisan di atasnya masih bisa dibaca. Setiap kata seolah-olah memancarkan cinta dan kerinduan yang mendalam.
Berikut adalah isi surat terakhir dari Raka:
Kepada Nara
Jika surat ini sampai ke tanganmu, berarti aku akhirnya menemukan cara untuk mengungkapkan semua perasaan yang selama ini terpendam dalam hatiku. Aku tahu, mungkin ini sudah terlalu terlambat, namun aku merasa ada sesuatu yang harus aku katakan sebelum aku benar-benar pergi.
Nara, sejak hari pertama kita bertemu, aku tahu bahwa kamu adalah seseorang yang istimewa. Setiap momen yang kita habiskan bersama adalah kenangan berharga yang akan selalu aku simpan dalam hatiku. Aku mencintaimu lebih dari yang bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, dan mungkin kamu tidak pernah sepenuhnya mengetahui betapa dalamnya rasa cintaku padamu.
Perpisahan kita bukanlah akibat dari kurangnya cinta atau kebahagiaan yang kita rasakan bersama. Terkadang, keadaan hidup membawa kita ke jalur yang tidak kita rencanakan. Aku terpaksa meninggalkan kota ini dan kamu, bukan karena aku ingin pergi, tetapi karena ada hal-hal yang harus aku selesaikan dan tidak bisa aku hindari. Aku berharap kamu bisa memahami betapa sulitnya keputusan ini bagiku.
Aku ingin kamu tahu bahwa setiap surat yang aku tulis adalah ungkapan dari segala rasa rindu dan penyesalan yang aku rasakan. Aku menulis tentang kita, tentang cinta kita, tentang setiap detail kecil yang membuat hubungan kita begitu istimewa. Surat-surat ini adalah cara aku untuk menghubungkan diri denganmu, bahkan ketika aku tidak bisa berada di sampingmu.
Nara, aku berharap kamu bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian, baik dalam hidupmu sendiri maupun dalam hubungan-hubungan yang kamu bangun di masa depan. Aku meminta maaf jika aku tidak bisa memberimu penutupan yang layak. Aku tahu bahwa aku telah meninggalkanmu dengan banyak pertanyaan dan rasa sakit, dan aku sangat menyesal untuk itu.
Namun, aku juga berharap kamu tahu bahwa aku selalu memikirkanmu dan mendoakan yang terbaik untukmu. Jika ada satu hal yang aku ingin kamu ingat, itu adalah betapa besarnya cinta yang aku miliki untukmu, dan betapa kamu telah mengubah hidupku dengan cara yang tidak akan pernah bisa aku lupakan.
Aku berharap kamu menemukan kebahagiaan dan cinta yang pantas kamu dapatkan. Aku akan selalu mencintaimu dari kejauhan, dan meski kita tidak bersama, aku akan selalu menghargai setiap momen yang telah kita bagikan.
Dengan cinta yang abadi
Raka
Di samping surat-surat itu, ada sebuah foto hitam-putih dari mereka berdua, diambil pada saat-saat penuh kebahagiaan.
Dalam foto itu, Raka dan Nara tersenyum cerah di bawah sinar matahari, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Ada juga sebuah gelang kecil yang terbuat dari tali yang diikatkan dengan simpul sederhana, simbol dari ikatan yang tak akan pernah putus, meski jarak dan waktu memisahkan mereka.
Air mata menetes di pipinya saat dia melihat senyum Raka dalam foto itu. Setiap barang dalam kotak itu seolah membawa kembali kenangan yang telah lama tersembunyi di dalam hatinya, membuatnya merasakan kehadiran Raka lebih dekat dari sebelumnya. Nara merasakan campuran haru dan rasa syukur yang mendalam.
"Terima kasih," kata Nara dengan suara bergetar, matanya penuh dengan kesedihan dan keindahan kenangan. "Ini sangat berarti bagiku."
Pria tua itu hanya mengangguk, tatapannya lembut dan penuh pengertian, seperti mengetahui betapa berartinya momen ini bagi Nara.
"Kenangan adalah cara kita menjaga orang yang kita cintai tetap hidup dalam hati kita. Aku yakin Raka akan senang mengetahui bahwa kamu akan menulis tentangnya, melanjutkan kisah cinta kalian."
Dengan langkah perlahan dan tenang, pria tua itu melangkah pergi, meninggalkan Nara di tepi pantai yang berkilauan dalam cahaya matahari sore.
Angin laut berhembus lembut, membawa harum garam dan suasana damai yang membuat Nara merasa seolah-olah Raka ada di sana bersamanya, dalam setiap hembusan angin dan setiap gelombang yang menyapu pantai.
Nara duduk di pasir yang hangat, memeluk kotak itu erat-erat. Dia menatap laut yang berkilauan, dengan pemikiran yang dipenuhi dengan kenangan indah dan rasa terima kasih yang mendalam.
Dia tahu bahwa menulis tentang Raka adalah cara terbaik untuk menghormati cinta mereka dan menjaga kenangan mereka tetap hidup.
Dengan tekad baru dan hati yang penuh rasa syukur, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyelesaikan kisah ini dengan sepenuh hati, seperti yang diinginkan Raka. Dia merasa seolah-olah Raka sedang tersenyum kepadanya dari kejauhan, memberikan dorongan untuk melanjutkan dan menyelesaikan cerita yang telah lama tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Rindu Dari Masa Lalu [ END ]
Romance"Bisikan Rindu dari Masa Lalu" adalah sebuah kisah tentang cinta yang abadi, perjalanan menemukan diri, dan bagaimana kenangan bisa membentuk masa depan. Nara harus memilih antara membiarkan masa lalu tetap menjadi bayangan atau mengubahnya menjadi...