Bab IX : Peluncuran Buku.

29 22 5
                                    

Saat novel Melodi Kenangan Yang Terjaga siap diterbitkan, Nara berdiri di depan meja di acara peluncuran bukunya. Toko buku itu dipenuhi dengan penggemar, wartawan, dan teman-teman lama, semua berkumpul dalam suasana yang hangat dan penuh antisipasi.

Lampu-lampu lembut menerangi ruangan, menciptakan nuansa intim yang menyelimuti setiap sudut dengan kehangatan.

Nara, dengan gaun sederhana namun elegan, berdiri di samping meja yang didekorasi dengan salinan buku dan bunga-bunga segar. Dia menatap kerumunan dengan senyum lembut, merasakan detak jantungnya semakin cepat.

"Aku berharap kisah ini bisa menyentuh hati kalian," kata Nara saat memulai acara, suaranya penuh perasaan. "Kisah ini adalah bagian dari perjalanan hidupku, dan aku berharap kalian bisa merasakan apa yang aku rasakan saat menulisnya."

Ketika dia selesai berbicara, suasana di ruangan semakin terasa mendalam. Seorang pembaca mendekati meja dengan mata berbinar, mengusap air mata yang perlahan mengalir di pipinya.

"Kisah ini benar-benar menyentuh. Aku merasa seperti memahami lebih dalam tentang cinta dan rindu," ucapnya dengan suara bergetar.

Nara tersenyum, merasakan kepuasan yang mendalam saat melihat reaksi pembaca.

"Terima kasih. Itu adalah tujuan utama dari buku ini untuk menyentuh hati dan berbagi perasaan yang mendalam. Dalam setiap kata yang aku tulis, ada bagian dari jiwaku yang aku serahkan, berharap dapat menyentuh dan menginspirasi pembaca."

Dia kemudian beralih kepada seorang teman lama yang berdiri di barisan depan. Temannya, seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat, memberikan pelukan hangat.

"Nara, kita tahu betapa sulitnya perjalanan ini bagimu. Setiap kali kamu berbicara tentang buku ini, aku bisa melihat betapa dalamnya perasaanmu. Aku yakin banyak orang akan terhubung dengan cerita ini."

Nara mengangguk dengan penuh syukur. "Terima kasih atas dukunganmu. Kalian semua telah menjadi bagian dari perjalanan ini, memberikan dorongan dan cinta yang membuatku terus melangkah maju. Tanpa dukungan kalian, buku ini mungkin tidak akan pernah terwujud."

Seiring berjalannya waktu, lebih banyak penggemar datang mendekati meja, membagikan kisah pribadi mereka yang terkait dengan tema buku.

Seorang pria paruh baya dengan mata lembut berkata, "Aku baru saja membaca bagian tentang kehilangan dan penemuan kembali diri. Itu sangat resonan dengan pengalamanku sendiri. Aku merasa seperti aku bisa menemukan kembali diriku sendiri melalui cerita ini."

Kemudian, seorang wartawan dari majalah sastra terkemuka mendekati Nara dengan catatan di tangan. "Bagaimana kamu mengatasi tantangan dan hambatan selama proses menulis? Adakah momen-momen tertentu yang sangat berkesan bagimu?"

Nara tersenyum, mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Menulis buku ini adalah perjalanan emosional yang mendalam. Ada banyak tantangan, mulai dari mengatasi rasa keraguan diri hingga menghadapi kenangan yang sulit. Salah satu momen yang sangat berkesan adalah ketika aku menulis bagian tentang rekonsiliasi dengan masa lalu. Itu adalah proses yang sangat terapi dan membuka mata, dan meskipun sulit, itu adalah bagian dari apa yang membuat buku ini begitu istimewa bagiku."

Wartawan mengangguk dengan penuh rasa hormat. "Kisahmu sangat menginspirasi. Apakah ada pesan terakhir yang ingin kamu sampaikan kepada pembaca?"

Nara menatap ruangan dengan penuh perhatian. "Aku ingin mengatakan bahwa setiap orang memiliki perjalanan dan rindu mereka masing-masing. Buku ini adalah undangan untuk menjelajahi dan meresapi perasaan-perasaan tersebut, dan aku harap setiap pembaca dapat menemukan kekuatan dan keindahan dalam perjalanan mereka sendiri. Setiap halaman adalah cerminan dari harapan dan cinta yang tulus, dan aku berharap kalian semua bisa merasakannya."

Malam itu, di tengah cahayanya yang lembut dan senyum yang tulus, Nara merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan dan rasa syukur.

Dia menyadari bahwa dalam setiap kata dan setiap halaman, ia telah meninggalkan jejak dari jiwanya untuk dibagikan dengan dunia. Ketika acara peluncuran berakhir dan para tamu mulai meninggalkan ruangan, Nara merasa bahwa dia telah memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar buku—dia telah membagikan bagian dari dirinya dan menemukan kedamaian serta kebahagiaan sejati dalam prosesnya.

Bisikan Rindu Dari Masa Lalu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang