7 Mimpi Berdarah - 16

73 37 19
                                    


           Di saat mereka mendengar pengumuman bahwa Pak Mersan telah meninggal dunia secara tiba-tiba.

Victor dan Leo hanya saling menatap satu sama lain.

Leo memanggil abangnya dan dia mengajak abangnya untuk ke ruangan Pak Mersan.

"Ayo, Dek,” kata Victor.

       Victor dan Leo pun bergegas pergi menuju ruang Pak Mersan.

Sesampainya di sana ternyata banyak sekali polisi yang menyelidiki tentang kematian Pak Mersan.

Victor tidak bisa berkata-kata lagi dirinya hanya bisa diam saja saat melihat Pak Mersan terbaring di lantai dengan darah yang bercucuran dari perutnya.

Salah satu dari polisi yang berada di sana bertanya pada mereka berdua.

Victor dan Leo pun menoleh ke sumber suara yang memanggil mereka.

        “Nggak ada, Pak. Kami cuman mau liat kenapa Pak Mersan meninggal secara tiba-tiba padahal kami baru saja menemui Pak Mersan,” ujar Victor.

Karena kaget polisi itu memberikan satu pertanyaan kepada kedua murid tersebut.

“Apa? Jadi kalian menemui Pak Mersan sebelum dia meninggal?” Jawabannya pun mereka mengangguk.

"Kalau begitu kalian berdua harus ikut kami ke kantor polisi,” kata  polisi tersebut.

"Kenapa, Pak?” tanya Victor.

"Kami hanya ingin menanyakan beberapa hal penting tentang kematian Pak Mersan,” jawab polisi itu.

Mereka berdua pun dibawa pergi untuk menuju kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi mereka pun disuruh duduk oleh polisi tersebut dan mereka mendapatkan beberapa pertanyaan dari polisi tersebut.

          "Baiklah. Kenapa kalian ke ruangan Pak Mersan?” Seakan tidak puas dengan beberapa pertanyaan yang dia ajukan, polisi itu kembali memberikan pertanyaan lagi.

"Pak Mersan memanggil kami hanya untuk memberikan sebuah surat dari almarhumah Bu Elin yang juga meninggal secara tiba-tiba,” jawab Leo.

"Surat?” tanya polisi itu dan mereka mengangguk sebagai jawabannya.

"Boleh saya liat dulu suratnya?” 

           "Maaf pak bukan maksud apa-apa, tapi surat ini hanya boleh dibaca oleh kami, Pak,” jawab Victor.

"Kenapa begitu?”

"Karena dalam surat ini berisi bahwa hanya kami saja yang boleh membaca surat ini.”

"Baiklah kalau begitu,” kata polisi itu pada akhirnya.

      Victor dan Leo hanya mengangguk saja.

Pak Polisi itu bertanya tentang Pak Mersan tentang apakah laki-laki itu hanya memberikan surat itu saja? Tentu jawabannya ialah iya.

Polisi itu pula kembali melontarkan beberapa pertanyaan kepada Victor dan Leo.

Setelah melakukan sesi tanya jawab, mereka akhirnya mengantongi izin untuk pergi ke tempat yang ingin dia kunjungi.

  "Baik, Pak. Tapi apakah kami boleh ke rumah almarhumah Bu Elin, Pak?” tanya Victor.

"Kenapa kalian mau ke sana? Itu, kan tempat kematian yang tiba-tiba?” 

Victor menjelaskan tentang alasan kenapa dirinya dan adiknya akan ke sana, kemudian Polisi itu menimang kembali hingga akhirnya mereka mendapatkan izin, mereka mengucapkan terima kasih kepada polisi itu dan berpamitan dari sana.

           Polisi itu hanya mengangguk saja. Sedangkan Victor dan Leo pun berdiri dan langsung pergi menuju rumah almarhumah Bu Elin.

Beberapa menit akhirnya Victor dan Leo pun sampai di depan rumah itu dan ternyata di sana banyak sekali polisi yang berjaga.

"Kenapa kalian berdua berada di area yang di larang ini?” tanya polisi yang berjaga di sana.

Viktor mengatakan kepada polisi itu maksud dan tujuannya datang ke sana karena sesuai instruksi yang pernah dia dapatkan dari benda yang terakhir diberikan almarhumab Bu Elin yang dititipkan ke Pak Mersan, tak hanya itu Victor juga menjelaskan kalau mereka ini sudah mendapatkan izin dari kepala polisi setelah memberikan bukti itu, syukurnya setelah upaya yang mereka lakukan akhirnya mendapatkan izin juga.

       Victor dan Leo pun masuk ke rumah Bu Elin dan langsung menuju kamar Bu Elin.

Saat sampai di kamar tersebut mereka berdua langsung mendekat pada sebuah lemari dan  melihat ke belakang lemari pakaian tersebut.

Leo menunjuk ke arah di mana sebuah kunci berada, Victor segera mengambilnya.

“Kita langsung saja pergi menuju ruang makan rumah Bu Elin, Bang?” tanya Leo.

Victor mengangguk dan mengajak adiknya untuk segera pergi dari sana. 

           Mereka berdua pun langsung keluar dari kamar almarhumah Bu Elin dan langsung pergi menuju ruang makan rumah itu.

Setelah sampai di meja makan rumah Bu Elin, Victor dan Leo pun langsung melihat ke bawah meja makan dan benar saja kalau di bawah meja makan tersebut ada pintu untuk ke ruangan bawah tanah.

Leo memberitahukan jika dia menemukan pintu untuk masuk ke ruangan tersebut dan Victor mengangguk karena merasa yakin kalau itulah yang dikatakan oleh Almarhumah Bu Elin.

"Hem, ya. Mudah-mudahan kita bisa tahu siapa dalang dari semua ini, ya, Bang,” kata Leo penuh harap.

"Iya, Dek. Kita juga bisa tahu siapa dalang dari jatuhnya pesawat Mama dan Papa,” jawab Victor.

         Victor dan Leo pun menggeserkan posisi meja makan tersebut.

Setelah selesai menggeser meja makan tersebut Victor dan Leo pun membuka pintu itu, mereka berdua pun langsung masuk ke ruangan bawah tanah tersebut dan menutup pintunya.

           "Wah, Bang. Ruangannya bersih,  ya bahkan terang juga,” kata Leo merasa takjub.

          Victor pun sama dengan Leo bahkan dia juga tidak menyangka.

Jika dalam pemikirannya ruangan yang akan dia kunjungi bersama adiknya itu kotor atau bisa jadi bau, tetapi nyatanya tidak.

Victor mendengar dengan jelas adiknya yang mengatakan kalau Bu Elin pasti sering ke tempat ini, Victor menyetujuinya.

Tempat itu bersih, rapi dan terang sekali.

Siapa yang tidak mau ke sana coba? Victor dan Leo pun melihat-lihat seisi ruangan tersebut yang bersih tanpa adanya kotor.

"Pembunuh!!"

"Siapa pembunuh tersebut?”

"Apa yang harus dilakukan oleh Victor dan Leo? Apa yang akan terjadi selanjutnya?”

To be continue

.
.
.

Jangan lupa vote dan komen
And makasih
Lopyouu semuanya 🫵🏻 🤍

THE 7 BLOODY DREAMS [TERBIT] OPEN PO!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang