Setelah berpisah dengan sang istri, farel hidup sebatang kara. Cedera serius yang ia alami membuatnya sulit untuk kembali bekerja di bidang yang dulu ia geluti. Ia terpakasa harus mendapatkan uang untuk biaya kehidupan sehari-harinya.
Farel pindah ke sebuah kota yang cukup besar namun kota itu jauh dari hingar-bingar kota besar seperti jakarta dan kenangan menyakitkan yang pernah ia lalui. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia memutuskan untuk memulai hidup baru dengan membuka usaha kecil-kecilan, yaitu berjualan sate ayam khas Madura. Farel membeli gerobak, peralatan memasak, dan beberapa bahan seperti daging ayam, kacang tanah, kecap, dll. Setiap pagi, Farel bangun sebelum fajar untuk menyiapkan bumbu dan daging. Bahkan sebelum tidur ia sudah melakukan proses marinasi ke daging ayam untuk nantinya disimpan di kulkas kecil yang ia beli untuk mengawetkan bahan makanan. Meski tubuhnya masih terasa sakit akibat cedera lama, ia terus berjuang. Hanya bermodalkan internet saja, ia bisa melihat beberapa resep sate ayam, yang kemudian akan diimplementasikan.
Di pasar, Farel membuka gerobaknya di sudut yang cukup ramai. Ia menyapa orang-orang yang lewat dengan senyuman meski hatinya terasa hampa. Hari-hari pertamanya cukup sulit, tidak banyak orang yang membeli dagangannya. Setiap sore, pasar mulai ramai dengan orang-orang yang mencari makanan untuk makan malam. Aroma sate yang dibakar menarik perhatian banyak orang. Farel dengan cekatan melayani pelanggan, memastikan setiap tusuk sate matang dengan sempurna. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik, meski hidupnya jauh dari kemewahan yang pernah ia rasakan.
Saat tengah malam dan kondisi pasar sudah mulai sepi, hanya tersisa pedagang saja, begitu juga farel yang mengemasi gerobaknya dan berjalan pulang. Setiap malam, ketika ia duduk sendirian di kamar kecilnya, kenangan tentang Greesell dan anak yang bahkan ia tidak tau kelamin dari anaknya itu selalu datang menghantuinya. Bahkan dirinya tidak memiliki foto di hp maupun foto berbentuk fisik yang ia bisa lihat. Hal tersebut membuatnya mulai lupa wajah sang mantan istri secara perlahan-lahan. Ia sering kali terisak dalam kesunyian, merindukan kebersamaan yang dulu ia miliki. Farel menulis diari sebagai cara untuk mengatasi kesepiannya. Setiap lembar penuh dengan perasaan. Ia berharap suatu hari bisa bertemu dengan keluarganya kembali, meskipun hanya untuk meminta maaf dan menjelaskan kebenaran yang telah lama tersembunyi.
Meskipun hidup dalam kesendirian, Farel mulai menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Ada Pak Budi, penjual sayur di pasar yang selalu memberikan semangat. Bu Siti, pemilik warung kopi, sering kali mengajak Farel berbicara dan berbagi cerita. Anak-anak kecil di sekitar pasar juga mulai mengenalnya sebagai "Om Sate" yang selalu memberikan tusuk sate gratis kepada mereka. Dalam kehangatan komunitas kecil ini, Farel menemukan sedikit pelipur lara. Ia merasa dihargai dan diterima, meski hatinya masih penuh dengan luka. Setiap hari adalah perjuangan, tetapi Farel berusaha untuk tetap bertahan dan life goes on.
Suatu hari, hujan deras mengguyur kota kecil itu. Pasar sepi, dan hampir tidak ada pelanggan yang datang. Hal ini normal terjadi, tidak hanya farel, pedagang lain juga akan mengalami nasib yang sama apabila hujan datang. Farel tetap setia di gerobaknya, meskipun dingin dan basah. Ia tahu bahwa hari ini mungkin tidak akan menghasilkan banyak, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia memasang terpal untuk melindungi gerobaknya dan tetap tersenyum kepada siapa pun yang melewati. Di tengah hujan, seorang pria tua datang mendekat dan meminta satu porsi sate. Farel dengan cepat melayani dan memberikan sate itu dengan senyuman. Pria tua mulai makan dengan lahap, ia juga memberikan pujian kepada sate farel yang enak dan memiliki rasa rempah yang khas, tak seperti sate-sate pada umumnya. Kata-kata itu memberikan sedikit kehangatan di tengah dinginnya malam.
Meskipun hidupnya penuh dengan kesulitan, ia merasa ada kebahagiaan kecil dalam melayani orang lain dan mendapatkan teman-teman baru. Di tengah kesendiriannya, farel menemukan kekuatan untuk terus bertahan. Setiap malam, sebelum tidur, farel berdoa. Ia memohon agar diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan keluarganya, untuk meminta maaf dan mengungkapkan kebenaran. Meskipun harapan itu terasa jauh, farel tidak pernah berhenti berharap, berharap suatu hari bisa memperbaiki semua yang telah hancur.
Farel tahu bahwa hidupnya mungkin tidak akan pernah sama lagi. Jangankan sama, tak mungkin baginya untuk kembali ke mantan istrinya dan bisa bertemu dengan anaknya dengan kondisi sekarang. Keluarga greesell yang memang kaya raya, sudah tak pantas untuknya besanding kembali. Sekarang yang ada dibenaknya, hanya bagaimana ia akan menjalani sisa-sisa hari sebelum akhirnya ajal akan menjemputnya. Ia dengan ikhlas akan menerima profesi barunya sebagai "Om Sate".
Hai! Chapter ini hanya berisi sedikit gabaran farel dengan kehidupan barunya, jadi gaakan ada dialog ya! Intinya, Farel jadi tukang sate udah 20 tahunan semenjak mereka cerai dan farel mulai sembuh dari luka-lukanya.
Penasaran ga nih??? Hehhehe jangan lupa vote + komen yawww, Semangat sekolahnya WKWKWKW, jangan baca ini waktu pelajaran ya!
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNITED
FanfictionSetelah sekian lama menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis, sebuah kesalahpahaman besar memisahkan sepasang suami dan istri. Sang istri berjuang sendirian menghadapi masa kehamilannya, terjebak antara kebencian dan cinta yang masih ada untuk s...