Farel segera meninggalkan kota kecil itu dan kembali ke rumah keluarga Wijaya. Saat tiba, ia disambut oleh Greesell yang matanya tampak lelah dari kurang tidur dan kekhawatiran yang terpampang jelas di matanya. Greesell tidak mengatakan apa-apa, hanya menunjukkan arah ke kamar Trisha.
Farel mengikuti greesell dari belakang dan dimuali dari greesell membuka pintu kamar dengan hati-hati. Di sana, farel terdiam bisu, ia melihat putrinya terbaring di tempat tidur, terlihat jauh lebih kurus dan lemah dari terakhir kali ia melihatnya. Trisha menoleh perlahan, dan ketika ia menyadari ayahnya telah kembali, air mata mulai mengalir di pipinya.
"Ayah...," bisiknya. Anaka itu bahkan tidak memiliki sedikitpun tenaga untuk memeluk ayahnya lagi, seseorang yang menghantui pikirannya, orang yang menjadi penyebab dirinya bisa seperti ini.
Farel segera mendekat dan memeluk Trisha erat, tak mampu menahan tangisnya sendiri. "maafin Ayah, hiks...... Ayah seharusnya ga meninggalkanmu. Ayah janji, Ayah nggak akan pergi lagi, trisha, bisa denger ayah nak?"
"i..iya ayah, terima kasih sudah hadir untuk trisha kembali, trisha butuh ayah, selamanya trisha akan bersama ayah." Ucap trisha lemas
Farel terisak dalam pelukan itu, dan Farel merasakan betapa hancurnya Trisha selama ini. Semua rasa bersalah dan penyesalan menghantamnya dengan keras. Bahkan setelah melepas pelukan itu, farel hanya melihat trisha yang tersenyum, bahkan trisha memandang mata farel dengan lekat, "sekarang ayah udah di sini sayang, ayah gaakan ke mana-mana lagi, sekarang ica yang harus janji sama ayah, ica harus sembuh, ica harus semangat lagi, jadi anak yang ceria lagi, ok?"
"oteee ayah, selama ayah di sini, ica akan selalu semangat!" ucap trisha sedikit menambahkan semangat.
Setelah beberapa hari berada di Jakarta dan melihat kondisi Trisha yang semakin membaik, Farel mulai menyadari bahwa ia harus memikirkan apa yang selanjutnya ia akan lakukan di kota ini. Tak mungkin ia akan bergantung ke keluarga wijaya terus, meski prioritas utamanya adalah Trisha, Farel tahu bahwa ia perlu pekerjaan untuk setidaknya bisa menafkahi sang putrinya.
Suatu malam, setelah Trisha tertidur, Farel duduk di ruang tamu bersama greesell, shani, dan cio. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama, dan suasana hening yang nyaman menyelimuti kelaurga yang sebelumnya terpisah. Greesell menatap Farel dengan penuh perhatian, seolah menunggu Farel untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
"pah, mah, cel" Farel memulai dengan suara pelan, "aku udah mikir-mikir tentang apa yang mau aku lakukan di sini. Aku nggak bisa terus-terusan di Jakarta tanpa pekerjaan tetap. Aku harus cari kerja"
Semua orang yang mendengar itu mengangguk, memahami apa yang dirasakan Farel. "Iya, Mas. Aku juga udah tau soal itu. Kamu juga pasti butuh kegiatan lain, sementara trisha butuh Ayahnya di sini. Kamu ada rencana mau kerja apa, Mas? Apa kerja di perusahaan papa aja?"
Farel terdiam sejenak, menatap ke arah mantan istrinya. "Aku nggak tahu pasti, Cel. Tapi aku nggak pengen kerja yang terlalu jauh dari rumah, supaya aku bisa selalu dekat sama Trisha. Mungkin aku bisa cari kerjaan yang fleksibel, atau sesuatu yang aku bisa pelajari dengan cepat. Untuk kerja sama papa, aku rasa terlalu ga enak deh, mungkin aku bakal ningkatin skill gambar ku, aku nge-freelance aja kayanya"
"gapapa loh rel, kamu bisa jadi sekertaris papa, atau kamu mau pegang perusahaan papa yang lain?" Tanya cio
"gausah pah, gaenak juga aku, lagian sekarang fokus aku ke anak aku pah, mau gimana juga, aku mau habisin sisa umur ku bareng anak ku, udah cukup waktu 16 tahun aku ga ada di hidupnya, sekarang, untuk menebus itu, sebanyak apapun waktu yang anakku bakal minta, aku bakal kasih, karna dia prioritas ku sekarang" Semua orang dibuat tersenyum mendengar itu.
Greesell merenung sejenak sebelum memberikan saran. "Mas, kalau keputusanmu buat freelance, aku bakal tetep dukung kok, nanti aku promosiin jasa gambar kamu ke temen temen aku"
Farel mempertimbangkan saran itu. "makasih"
"emang rencananya nanti gambar kamu mau ke arah mana rel?" Tanya shani
"kalo aku dari dulu lebih ke designer gitu sih mah, ya kaya jasa bikin logo atau animasi-animasi 3 dimensi atau 2 dimensi gitu"
"papa dukung keputusan kamu rel, izinin papa nyediain apa yang kamu butuhin ya?"
"eh, gapapa pah, aku ada laptop kok" tolak farel
"mas, laptop kamu gabakal sanggup itu untuk nantinya"
Farel tampak berpikir, dan sepertinya ia tak mempunyai jawaban lain selain mengiyakan tawaran cio. Selanjutnya, farel dan greesell beriringan menuju kamar ica, anak itu belum makan malam, karna memang masih bed rest, jadilah sekarang orang tuanya yang akan membawakan makan.
"icaaa, anak ayah, putri kecil ayah, bangun yuk, kamu belum makan loh" Ucap farel sembari menyingkirkan beberapa rambut yang menutupi muka putri kecilnya
"eugh ayahhhhhh" Tanpa babibu trisha langsung memeluk ayahnya, pemandangan itu tak lepas dari penglihatan greesell
"oh ayah doang yang dipeluk hum? fine, ini mas makanan anaknya, aku keluar ya" Sindir icel
"ihhh engga bunda, aku mau disuapin ayah trs mau cerita-cerita sama bunda"
Mereka menghabiskan waktu itu dengan penuh kehangatan, tanpa di sadari, ocehan trisha berhasil melunakan keidealisan farel. Ia berpikir, apakah ia harus menikahi greesell kembali? apalagi dirinya akan satu rumah dengan greesell akhirnya. Tak terasa sekarang semuanya sudah tertidur di kasur yang sama, icel tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia mengambil selfie
anggep aja trishanya udah kaya anak 16 tahunan ya WKWKWK gambar di atas hanya ilustrasi gusyyyy
Alllooooo, jadi gimana pack farel? nikah lagi khhhh?
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNITED
FanfictionSetelah sekian lama menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis, sebuah kesalahpahaman besar memisahkan sepasang suami dan istri. Sang istri berjuang sendirian menghadapi masa kehamilannya, terjebak antara kebencian dan cinta yang masih ada untuk s...