3 [mulai dari sekarang]

56 41 11
                                    

Happy reading and enjoy, don't forget to vote and comment;)

*

*

*

Entah bagaimana Owen bisa terseret bersama gadis aneh yang menabraknya beberapa menit lalu. Bukan karena dia tidak dapat menghentikannya — dia bisa dengan mudah melepaskan diri — tapi ada sesuatu dalam kegigihan dalam diri gadis itu, jadi dia memilih membiarkan dirinya terseret bersama gadis asing ini.

Pupil emasnya menatap malas gadis dengan jaket merah dan baju biru rumah sakit. Jika diperhatikan wajah gadis ini terlihat pucat, meski begitu dia tetap terlihat cantik.

"Hah?! Kau ini jangan menuduhku sembarangan! Meskipun aku seorang penculik, aku mana mau menculikmu!" teriak gadis tersebut.

Seluruh orang-orang yang berlalu lalang berhenti saat mendengar teriakkan gadis tersebut. Gadis tersebut adalah Ellia. Merasakan dirinya ditatap oleh banyak pasang mata yang menatapnya dengan aneh, dia segera menutup mulutnya dan mengumpat dalam hati.

Bagaimana bisa dia berteriak seperti itu, sangat menyebalkan. Lihatlah sekarang bahkan para ibu yang membawa anaknya menatapi dia dengan tatapan tajam dan was-was.

"Ah, memalukan," gerutu Ellia.

Dia sedikit bergeser menyembunyikan dirinya di belakang tubuh Owen, dia tersenyum kaku. Tangannya berpegangan pada lengan kekar Owen bermaksud menyembunyikan rasa malunya itu.

Owen memutar bola matanya malas, di sini dia juga merasa malu karena tidak sedikit dari orang-orang yang lewat juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tanpa mau berbasa-basi lagi, dengan segera Owen menarik tangan Ellia membawanya pergi. Ellia yang diperlakukan seperti itu hanya menurut karena dia masih dalam rasa malunya.

"K-kau mau membawaku ke mana?" tanya Ellia.

"Rumah sakit jiwa," balas Owen.

Ellia mengehentikan langkahnya, menarik paksa lengan yang digenggam oleh pria di depannya ini. Dia segera mundur beberapa langkah seraya menatap sengit pria di depannya.

"Hah?! Apa maksudmu, aku tidak gila bajingan!" sarkas Ellia.

Owen berbalik menatap gadis pendek di depannya. Dia menggedikan bahunya dan memasang wajah datar.

"Kupikir kau salah satu pasien mereka, soalnya kau memakai baju rumah sakit dan tadi kau dikejar-kejar," ucap Owen santai.

Ellia menggeram kesal, yang benar saja dirinya dikatai pasien rumah sakit jiwa?! Oh ayolah, bajunya jelas berbeda bukan?

"Bukan berati aku ini pasien rumah sakit jiwa! Argh sialan, niat diriku ingin bermain dan menikmati kebebasan. Malah mendapat sial bertemu pria aneh sepertimu." Jari telunjuknya menunjuk wajah datar Owen.

Dengan perasaan jengkel Ellia memilih melangkahkan kakinya melewati pria jangkung yang terus menatapnya dengan tatapan datar.

Owen membuang nafasnya pelan, dia berbalik menatap punggung sempit gadis yang baru saja mengumpat pada dirinya. Dia hanya geleng-geleng kepala, sifatnya itu mengingatkan dia pada seseorang di masa lalu.

Eternity and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang