Happy reading and enjoy, don't forget to vote and comment ;)
.
.
.
.
.
.
Bau kopi yang menyeruak keseluruh ruangan bernuansa elegan, dengan beberapa aksesoris dinding juga aksesoris lainnya yang digantung rapih.
Meja-meja dan kursi tertata rapih, dengan beberapa tempat yang disekat menjadi beberapa ruang kecil.
Kafe kecil yang begitu damai dan menenangkan, dibangun di tengah-tengah kota. Seringkali kafe tersebut dijadikan tempat belajar, karena suasananya yang menenangkan.
Seorang gadis cantik dengan rambut yang terikat rapih, sembari memeluk sebuah nampan kosong, dia berbincang dengan pelanggan yang baru saja dirinya antarkan pesanan.
"Kak Lia!!"
Gadis tersebut menoleh keasal suara, di mana ada seorang anak perempuan dengan gaun biru indah sedang melambaikan tangannya.
Dia tersenyum dan berpamitan kepada pelanggannya itu untuk segera menghampiri anak perempuan tersebut.
Ellia tersenyum menghampiri adik kecilnya itu, mengusak pelan surai hitam sang adik.
"Bagaimana sekolahnya hari ini?" tanya Ellia.
Adik perempuannya itu sedikit memasang wajah muram, berjalan ke meja yang kosong lalu mendudukkan dirinya di sana. Melipat tangannya dan mendengus pelan.
Melihat respon sang adik seperti itu, pasti ada sesuatu yang terjadi. Ellia menarik kursi di seberang sang adik lalu mendudukkan dirinya dikursi tersebut.
"Tadi ada anak laki-laki yang mengganggu temanku hingga temenku menangis. Aku menendang pantatnya dan aku yang terkena marah ibu guru," adu anak perempuan tersebut.
Ellia terkekeh melihat bagaimana raut wajah jengkel adiknya saat sedang bercerita. Adiknya ini meski seorang perempuan, tapi kelakuan sudah seperti anak laki-laki, bahkan dia sering kali terlibat perkelahian di sekolahnya.
"Dengar, Cora, kau ini jangan selalu berkelahi dengan temanmu, itu tidak baik. Pantas saja ibu gurumu itu memarahi dirimu yang nakal," ucap Ellia.
"Aku tidak nakal, aku hanya membela temanku!" sungut Cora - adik perempuan Ellia.
Ellia hanya menggeleng memaklumi adiknya ini, dia segera beranjak dari duduknya untuk mengambilkan adiknya itu minuman.
Setelah beberapa menit dia kembali dengan jus ditangannya. Saat melihat meja di mana adiknya berada dia juga melihat punggung orang lain di sana, saat dia tau siapa pemilik punggung itu dia hanya tersenyum. Meletakkan jus tersebut di depan Cora.
"Apa kau baik-baik saja, Kak? Jika kau merasa sakit atau apapun itu segeralah beritahu aku. Sebenarnya aku sangat tidak ingin direpotkan olehmu," celetuk Fabio.
Ellia memutar bola matanya malas. Sudah sejak satu tahun lalu dia keluar dari rumah sakit, dan seperti yang dikatakan oleh dokter bahwa dia harus rajin datang ke rumah sakit hanya untuk mengecek keadaannya.
Namun sudah tiga bulan ini dia tidak datang ke rumah sakit, karena dia merasa tubuhnya jauh lebih sehat dan dia juga tidak sering merasa lelah ataupun sakit yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity and Destiny
FantasySebuah kebetulan, seseorang yang memiliki keinginan akan keabadian hidupnya dan seseorang yang ingin keabadiannya segera berkahir. Bertemu menjadi teman, sahabat, dan kekasih. Berbagi cerita yang begitu menyenangkan, dan menyedihkan. Bercengkrama da...