happy reading and enjoy, don't forget to vote and comment ;)
..
.
.
.
.
Perasaan aneh apa ini? Ellia bahkan tidak diberikan kesempatan untuk menjawab. Dia terdiam mengikuti langkah pria yang masih menuntunnya.
Ellia menghentikan langkahnya setelah cukup lama berjalan dan terdiam. Dia melepaskan rangkulan Owen pada bahunya, lalu mendongak untuk menatap pria jangkung di sampingnya.
"El?" tanyanya memastikan.
Owen menoleh sedikit menunduk untuk menatap Ellia. Alisnya terangkat sebelah lalu mengangkat bahunya acuh tak acuh.
"Kenapa kau memanggilku El?! Bagaimana kau tau namaku hah?! Atau jangan-jangan selama ini kau benar-benar menguntitku?! Aaaa! Manusia memang menyeramkan!!" hardik Ellia.
Owen memutar bola matanya malas, lagi dan lagi telinganya dibuat berdengung karena suara cempreng milik sang gadis di depannya ini.
"Berhenti berteriak dasar gadis aneh," sinisnya.
Ellia memundurkan langkahnya dia memeluk tubuhnya sendiri, dengan tatapan waspada yang terus mewaspadai Owen.
Owen menghembuskan nafasnya. Untuk kali ini dia akan mengalah demi Ellia. Lagipula dia sudah tidak memiliki tujuan hidup lagi, kali ini dia hanya akan menghabiskan waktu bersama Ellia.
"Sudahlah aku tidak ingin berdebat. Tentang aku mengingat namamu, aku mendengar saat kau kabur dari rumah sakit jiwa, dan seseorang yang mengejarmu itu meneriaki namamu. Ellia," jelasnnya.
Ellia mengerutkan keningnya, otak kecilnya berputar mencoba mengingat kapan dia bertemu dengan pria jangkung di depannya ini. Seperkian detik dia tersadar dengan raut wajah kesal bercampur terkejut.
"ITU SUDAH SATU TAHUN LALU DAN KAU MASIH MENGINGATNYA?!" teriaknya histeris. "Dan aku bukan pasien rumah sakit jiwa!"
Ouh! Owen salah bicara. Dia tidak bermaksud menyinggung Ellia lagi, namun entah kenapa lidahnya itu selalu tidak dapat dikontrol, selalu saja berbicara pedas.
"Asal kau tau ingatanku masih sangat bagus. Aku, Owen," kata Owen.
Ellia memiringkan kepalanya, tanda bingung. Baginya pria di depannya ini sangat aneh. Pria ini berbicara sangat ketus dan sinis, dan juga wajahnya itu selalu terlihat datar dan menyebalkan.
"Aku tidak menanyakan namamu," celetuk Ellia.
Owen terdiam. Menatap malas Ellia, sepertinya dia harus banyak-banyak bersabar saat menghadapi gadis seperti Ellia.
"Aku memperkenalkan diri karena kita akan berteman," balas Owen.
"Teman? Sejak kapan? Aku bahkan belum menyetujuinya. Dan sepertinya kita tidak cocok berteman kau terlalu menyebalkan." Ellia melenggang pergi meninggalkan Owen.
Entah keberapa kalinya Owen membuang nafas kasar karena sikap Ellia. Dia harus sabar, karena semua butuh proses. Menaklukkan gadis sombong dan angkuh seperti Ellia bukanlah hal yang mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity and Destiny
FantasySebuah kebetulan, seseorang yang memiliki keinginan akan keabadian hidupnya dan seseorang yang ingin keabadiannya segera berkahir. Bertemu menjadi teman, sahabat, dan kekasih. Berbagi cerita yang begitu menyenangkan, dan menyedihkan. Bercengkrama da...