Tersanjung || Bunga Citra Lestari
•••
•Happy Reading•
•••
Pagi hari yang indah di paviliun yang kebetulan ada di belakang Mansion Uchiha. Usai sarapan dan melakukan aktifitas rutin pagi, kini Mansion mulai sepi.
Mulai dari Sasuke yang sudah pergi ke kantor, Fugaku ikut bersama Itachi untuk melihat langsung perkembangan pembangunan gedung kantor yang baru dan beberapa anggota keluarga lain yang juga pergi ke kantornya. Di rumah hanya tersisa beberapa orang dan juga para pelayan.
Kebetulan Sakura yang hari ini tidak mendapatkan panggilan Operasi, berhubung ia yang memegang rumah sakit yang di dirikan Ibunya. Jadi hanya sesekali ia turun langsung pada sebuah Operasi.
Sedangkan Mikoto baru saja pergi bersama Rin. Lalu Izumi yang mengantar cucunya sekolah.
Tersisa Sakura, Sarada, Saruto dan beberapa maid saja lebih tepatnya. Namun setengah jam yang lalu Himawari datang dengan Biola miliknya.
Ia berjanji pada Saruto untuk berlatih bersama, berhubung Hima ingin jika keponakannya itu nanti memainkan Biola di hari pernikahannya, tak hanya itu tapi juga Sarada yang akan memainkan Cello.
Ya, Sarada sudah pandai bermain Cello sejak berumur 7 tahun. Di karenakan Kakek dari ibunya yang senang dengan alat musik tersebut. Sedangkan Saruto sendiri menyukai Biola karena saat pertama kali Himawari datang berkunjung ke Islandia, gadis itu membawa Biolanya dan memainkan musik indah itu untuk Saruto.
Paviliun terisi oleh mereka yang berlatih, walaupun lebih di kuasai oleh Hima dan Saruto. Dua orang itu terlihat berlatih bersama sesekali tertawa atau bahkan berdebat kecil. Ya, anak itu kecil-kecil sudah pandai mendebat Obasannya yang salah nada.
Wanita cantik bersurai pendek yang duduk tak jauh dari keduanya hanya memandang dalam diam. Wajahnya terlihat memandang sendu pada Putra tunggalnya.
Kehadiran Hima yang memang memiliki kemiripan dengan mendiang Ayah anaknya membuat kerinduan semakin memuncak.
Sarada hanyut dalam lamunannya, ucapan Shikadai beberapa hari yang lalu di kediaman pria itu masih terngiang. Cinta Boruto untuk mereka begitu besar. Ya, lebih besar dari apapun.
Dan Sarada sadar, Shikadai memiliki hati yang sangat luas. Tentu Sarada tidak bodoh untuk menyadari perasaan yang pria itu berikan.
Manik hitamnya melebar menyadari sesuatu.
'Genggaman tangan Sarada saat anak kami lahir.'
Ingatan wanita cantik itu berputar menuju empat tahun yang lalu.
Seminggu bukan waktu yang singkat untuk seorang wanita muda yang tengah berbadan dua tersebut. Perasaannya tidak berubah, sedihnya tidak berkurang dan sakitnya malah bertambah.
Seminggu yang lalu ia kehilangan cahayanya, kehilangan mataharinya, kehilangan calon ayah dari anaknya.
Tangan yang kian mengurus miliknya bergerak memegang perut besarnya. Pandangannya tak beralih dari jendela yang terus menerbangkan gorden putih disana.
Wajahnya tampak pucat, sisa-sisa air mata masih menghiasi disana. Manik jelaga yang selalu tampak berbinar kini kehilangan binarnya. Hanya ada kehampaan di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ichigoichiai [ShikaSara]
Fanfic© Masashi Kishimoto 一期一会 (Ichigoichiai) Artinya: Kesempatan sekali dalam seumur hidup. Ditinggalkan karena kematian adalah hal yang tak akan sembuh dengan sekali kedipan mata. Butuh waktu bertahun-tahun lamanya untuk kembali seperti semula. Itupun j...