Kena Semprot

91 81 6
                                    

Bagaikan tersiram air dingin di malam hari, tidak ada lagi yang bisa Gianna lakukan selain bernapas dengan terengah-engah serta jari jemarinya yang mulai terasa dingin padahal ac mobil tidak dinyalakan oleh Gavian. Bagaimana ia bisa tenang? Setelah mendengar amarah ayah Wila yang meminta untuk segera pulang ke rumah, tidak sampai di situ saja ... Gianna terpaksa tetap menjalani peran menjadi Wila dan duduk berdampingan dengan Gavian di dalam mobilnya menuju rumah Wila. Bahkan saat ini masker wajah yang terpasang itu terasa sudah hampir lepas dari wajah Gianna.

Gavian melirik ke arah Wila dengan perasaan cemas. Baginya tidak hanya Wila saja yang terlihat takut ... namun dirinya juga. Apakah ayah Wila marah bahwa ia membawa anak gadisnya berpergian hingga malam kini?

Tangan kiri Gavian menetap di atas tangan Gianna ... merasakan tangan wanita itu mulai mengeluarkan keringat dingin, Gianna yang mendapati respon seperti itu lantas balas melirik ke arah Gavian, "Tenang aja ya? Nanti saya bantu jelaskan ke ayah kamu," ucap Gavian menenangkan.

Gianna sudah kehabisan energi untuk membalas apapun, pikirannya sangat kacau. Ia sangat amat takut baik ayah Wila ataupun Gavian mengetahui bahwa saat ini yang dari tadi bersamanya bukanlah Wila sungguhan, bahkan jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat tiga belas menit yang artinya sudah lewat dari jam tidur Gianna. Dipastikan besok hari ia akan terlambat masuk kerja!

Ini kalau gue ngikutin kata otak, pasti gue udah langsung buka pintu mobil dan loncat ke luar!

Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan gerbang rumah Wila. Melirik Gavian yang terlebih dulu turun dari mobil membuat Gianna merengek dalam diam ... andai ia memiliki kekuatan menghentikan waktu, mungkin saat ini ia bisa langsung kabur dari tempat ini. Gianna sama sekali tidak memiliki energi untuk turun dari mobil.

"Kamu tenang saja, saya pastikan ayah kamu tidak akan memarahi kamu," ucap Gavian tersenyum ke arah Gianna. Perlahan Gianna mengangguk dan kembali membuang nafasnya pelan, ia pun turun dari mobil Gavian dengan menyambut uluran tangan bosnya itu.

***

Gianna menghentak-hentakan kakinya pelan seolah gelisah menunggu orang yang dinantinya.

"Om, Tante!!" panggil Gianna berbisik dari balik kamar mandi.

Gianna segera membuka masker wajah yang menghalanginya sedari tadi, "INI AKU GIANNA!" lanjut Gianna menekan.

"Astaga!" ibu Wila menyenderkan tubuhnya ke arah tembok, lemas mengetahui bahwa bukan anaknya yang sedari tadi bersama Gavian. "Pah, kalau yang sama Gavian itu G ... Gianna, berarti a ... anak kita, Pah?"

"Gianna, kamu kenapa bisa ada sama Gavian, Nak?" tanya ayah Wila penuh kejanggalan.

"Aduh, Om, Gianna benar-benar minta maaf. Tadi Wila suruh Gianna buat gantiin dia dinner sama Pak Gavian, sedangkan Wila lagi have fun di club dan biarin Gianna gantiin ada di posisi ini!!" seru Gianna dengan emosinya yang mulai memuncak kembali.

Ayah dan ibunya Wila lantas mengusap wajah mereka masing-masing dengan gusar, "Om dapat kiriman foto Wila ada di club malam ini, om pikir sama Gavian, gawat! Mana belum nikah! Om dan tante cukup tenang setelah menelpon Gavian bahwa Wila ternyata ada bersamanya dan tidak di club. Tapi sekarang—ternyata anak itu bohongin ayahnya lagi!" seru ayah Wila dengan ekspresi kesalnya juga.

Terkutuk lo Wila! Udah numbalin gue, sekarang bohongin orang tua lo juga!

"Om, Tante, jujur Gianna udah nggak kuat nyamar jadi Wila lagi. Udah tengah malem gini, Gianna harus pulang karena besok kerja. Tapi gimana? Gianna takut ketahuan karena Pak Gavian bos Gianna di kantor!!" kini giliran Gianna yang terlihat frustasi sambil menyenderkan tubuhnya di tembok.

See U on The Next ProgressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang