Di sekolah Varo, Revan dan Langit duduk di atas motornya mengamati siswa yang datang melewati area parkir. Ketiga cowok tampan itu sedang menunggu ketua mereka siapa lagi kalo bukan Ghalen.
Varo merapikan rambutnya saat mobil pujaan hati memasuki area parkir, Revan dan Langit memutar matanya malas melihat aksi Varo.
Varo berlari menghampiri mobil itu, lalu membuka pintu kemudi saat mobil milik Chyntia telah berhenti.
Varo membungkukkan badannya seperti seorang pengawal. "Selamat pagi, semoga kamu menikmati pelajaran hari ini tuan puteri". Ucap Varo.
Chyntia hanya menatap Varo acuh. Entah mengapa Chyntia merasa jengah saat melihat Varo perilaku seperti ini, walaupun ia juga sedikit senang saat Varo melakukan hal manis ini.
••••••••••••••••
"Makin parah". Gumam Langit saat melihat perlakuan Varo.
"Temen lu kapan berubahnya ya?". Tanya Revan.
"Lo nanya gue? Terus gue nanya siapa?". Balas Langit.
••••••••••••••Chyntia berjalan menghampiri Revan dan Langit, seraya menatap datar ke afah dua laki-laki yang sedang tersenyum ramah ke arahnya.
"Lo makin cantik aja, Chyn". Puji Langit tiba-tiba.
Varo yang mendengar itu menatap Langit tajam, sedangkan Chintya hanya menatap Langit datar nyaris tanpa ekspresi.
"Becanda, Ro. Sumpah deh". Ucap Langit dengan jari yang membentuk huruf "V".
Varo tak menanggapi ucapan Langit, ia memilih fokus menatap lekat wajah Chyntia. Chyntia yang terus di tatap oleh Varo menjadi merasa tak nyaman.
"Lo bisa enggak jangan liat gue kayak gitu?? Mau gue colok tu mata?!". Kesal Chyntia.
Varo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu tersenyum lebar ke arah gadis yang sudah sejak kecil ia kagumi itu.
Varo benar-benar menyukai Chyntia, begituan Chyntia yang sebenarnya memiliki perasaan yang sama seperti Varo.
Chyntia selalu berlagak seolah tak memiliki perasaan apapun pada Varo, karena tahu bahwa Varo sudah di jodohkan dari kecil dengan seorang gadis yang Chyntia sendiri tak tahu siapa.
"Lo, terlalu cantik Chyn. Sayang banget, kalo gue anggurin wajah indah lo itu". Gombal Varo.
Huek!.
Revan dan Langit berlagak seperti ingin muntah mendengar gombalan Varo. Sedangkan Chyntia hanya menatap Varo datar, walaupun dalam hatinya Cynthia ingin terbang.
"Basi". Ketus Cynthia, lalu pergi meninggalkan Varo, Langit dan Revan.
Langit dan Revan yang melihat Chyntia pergi justru tertawa puas. Varo hanya mendengus pelan melihat Chyntia yang sudah menjauh.
"Perjuangan lo berat". Komentar Revan.
"Chyntia terlalu cool, buat lo yang buaya darat". Timpal Langit.
Varo tak menanggapi kedua sahabatnya itu, ia memilih untuk kembali duduk di atas jok motornya.
Suasana menjadi hening tak ada percakapan lagi di antara ketiganya, mereka memilih fokus dengan pikirannya masing-masing.
Tin!.
"Anjing!!".
"Bangke!!"
"Bangsat!!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalendra
General Fiction"Senja itu duka, ia selalu pergi sebelum bumi siap menyambut malam. Senja terburu-buru pergi meninggalkan bekas luka, dalam setiap indah jingganya" -Ghalendra Orryon Dhevankha