Chapter 1

54 7 3
                                    

Malam yang sunyi disebuah taman indah ibukota, nampak seorang gadis remaja berusia 17 tahun kini sedang duduk sendiri di kursi taman.

Alisha sesekali melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 22.07, lalu beralih pada ponselnya. Lalu kembali mengedarkan pandangannya melihat sekitar berharap seorang yang ia tunggu segera datang.

Sudah cukup lama Alisha menunggu, sudah berulang kali ia menelfon. Namun tak ada jawaban dari nomor yang ia tuju.

"Kamu dimana sih, Ghal?". Batin Alisha gelisah.

Alisha mengotak-atik ponselnya mencari kontak seorang. "Angkat, Ghal. please angkat". Gumam Alisha dengan ponsel yang menempel di telinganya.

Namun hasilnya nihil, nomor yang ia hubungi hanya berdering tanpa di jawab.

Alisha akhirnya bangun dari duduknya, bergegas akan pergi dari taman karena malam sudah semakin larut.

"Maaf, be. Aku telat". Ucap seorang remaja laki-laki yang berlari menghampiri Alisha dengan nafas terengah.

Alisha tak menjawab, ia hanya diam dengan netra yang memandang Ghalen lekat.

Alisha menarik nafasnya pelan, lalu menatap lekat manik mata Ghalen. "Aku mau kita udahan, Ghal". Ucap Alisha to the points.

      Deg!.

Jantung Ghalen seakan berhenti berdetak saat mendengar kalimat yang baru saja terucap dari mulut Alisha.

Ghalen meraih tangan Alisha lalu menggenggamnya erat. "K-kenapa Sha? Aku ada salah ya? Aku bakal perbaiki kok kesalahannya. Maaf tadi aku telat tadi Ghavin enggak mau aku tinggal". Ujar Ghalen dengan suara terbata.

Alisha hanya menggeleng kepalanya, seraya melepas tangannya dari genggaman jemari Ghalen. "Kamu enggak punya salah kok, aku cuma mau kita udahan aja. Lupain semuanya yang pernah terjadi di antara kita, Ghal". Jelas Alisha dengan mata yang sudah berkaca.

"Aku enggak bisa Sha, aku sayang sama kamu. Kalo ada salah, kita bicarain baik-baik. Kita perbaiki bareng-bareng bukan malah minta putus".

Alisha memejamkan matanya sejenak agar bulir-bulir air matanya tak terjatuh. "Aku enggak bisa, Ghal".

Ghalen akan memeluk tubuh Alisha, namun Alisha menolaknya. "Tenangin diri kamu, kita bicarain baik-baik ya sayang".

"Gue enggak bisa, Ghal!". Kekueh Alisha dengan suara yang sedikit meninggi.

Alisha akan pergi, namun tangan Ghalen dengan cepat memcengkal tangannya. "Aku enggak mau Sha. Sampe kapanpun aku enggak bakal lepasin kamu".

"Lepas Ghal, gue mau kita putus. Tolong hargai keputusan gue, gue udah enggak cinta lagi sama lo. Jangan paksa gue! Hargai keputusan gue sekali ini aja".

Mendengar itu hati Ghalen terasa benar-benar perih, dengan rasa kecewa Ghalen melepaskan cengkeramannya dari tangan Alisha.

Alisha berlari meninggalkan Ghalen sendiri di taman, dengan air mata yang membasahi pipinya.

Ghalen hanya bisa tertegun dengan semua yang terjadi, semuanya seperti mimpi buruk di awal malam. Namun semuanya adalah sebuah kenyataan yang harus ia terima, walaupun sulit.

Ghalen memejamkan matanya seraya mendongak kepalanya ke atas langit malam. Berusaha menahan air matanya agar tak jatuh, namun sia-sia air matanya tetap menetes. Menandakan rasa yang teramat sakit memenuhi hatinya.

Ghalen menjambak rambutnya frustasi. "Arghhh…". Pekik Ghalen dengan kaki yang menendang udara.

Tubuh Ghalen seakan kehilangan tenaga, ia mendudukkan dirinya di atas kursi taman yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri.

GhalendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang