11

273 37 2
                                    

"Loh? Adek sama siapa?"

Keduanya menatap Geni, Sakya menatap Maminya bingung, ia juga malu. Kenapa pula Geni memanggilnya 'Adek' padahal biasanya juga langsung panggil nama. Memang ekspresi Geni datar tapi Sakya tahu jika Maminya sedang jahil. Sedangkan Anindya kaget, sebenarnya tidak apa-apa tepergok begini, mereka juga tidak berbuat aneh-aneh. Karena refleks saja Anindya jadi berekspresi seperti itu.

"Halo Tante?" sapa Anindya lalu menyenggol lengan Sakya.

"O-oh? ini Mami gue. Mami ini Anindya tetangga Sakya di Desa."

Geni terkekeh. "Kalian kenapa shock gitu sih?"

"Kita kaget tau! Yakan Nin?"

"Iya Tante,"

Geni masih terkekeh. Lucu melihat putra bungsunya berinteraksi dengan lawan jenisnya. Sampai saat ini Geni belum pernah melihat kelima anaknya berinteraksi dengan perempuan kecuali sekretaris-sekretarisnya. "Kalian belum makan kan? Pasti Anindya juga lapar soalnya dari tadi ditahan sama Adek." Geni sengaja menekankan kata Adek dalam ucapannya.

"Mana ada ditahan, ini atas kesepakatan berdua kok."

"Oh gitu?" goda Geni.

Sakya memilih diam daripada menanggapi Maminya ini.

"Anindya, pasti Adek merepotkan kamu ya."

"Enggak kok Tante, Ad--Sakya gak ngerepotin sama sekali." Sanggah Anindya.

"Untunglah. Yuk makan dulu." Ajak Geni lalu berjalan mendahului mereka berdua.

"Ah elo." Bisik Anindya kesal lalu mencubit Sakya.

"Kok lo nyalahin gue?"

"Gue gak nyalahin lo, gue cuma pengen nyubit aja."

"Kalo lo gak keluar gak bakal ada kejadian begini."

"Emang kalo gue keabisan oksigen lo mau gantiin oksigen gue?!"

"Kan bisa buka jendela aja."

Anindya melotot. "Iya sih, yaudah gimana lagi."

Keduanya sibuk bisik-bisik sampai tidak sadar jika ada satu orang lagi yang menghampiri.

"Siapa Mi?" tanya Riksa.

"Tetangganya Adek,"

"A-dek? Dia?" tunjuk Riksa pada Sakya.

Geni mengangguk.

"Oh, ada Kak Riksa," ucap Sakya datar.

"Adek bawa siapa nih?" tanya Riksa.

Riksa melotot, apa pula Kakaknya ini. "Ini tetangga aku, namanya Anindya."

"Halo Kak."

"Hai, Anindya." Riksa tersenyum. "Ini mau pada kemana nih?"

"Mau Mami ajak makan, parah tuh si Adek. Bawa temen tapi gak dikasih makanan."

Sakya diam. Mungkinkah semua bungsu di dunia ini mengalami hal begini juga?

"Ah, sayang banget. Aku pengen ikut tapi ada rapat dulu." Sahut Riksa.

"Iya udah rapat aja sana." Usir Sakya.

Anindya cuma diam sambil memainkan jari-jari tangannya yang basah. Daritadi Sakya diledek terus, entah kenapa Anindya malah merasa malu.

****

Kini keduanya sudah diperjalanan pulang. Anindya tadi tidak makan banyak karena canggung, tiba-tiba saja beberapa keponakan Sakya datang dan ikut makan. Mereka menanyai ini dan itu, namun ada satu bocah yang membuat Anindya hampir menyeburkan makanan yang sedang dikunyahnya.

"Om Sakya udah bawa pacarnya, berarti bentar lagi nikah, kalian rencananya mau pakai adat apa? Tante Anindya cantik jadi menurut Siel pakai adat apapun pasti cocok."

Bocah 5 tahun itu bergelut dengan adat pernikahan. Anindya geleng-geleng kepala tapi ia merasa lucu juga.

"Sakya," panggil Anindya.

"Hm?" jawab Sakya sambil menyetir.

"Tadi ponakan lo itu,"

"Yang nanyain adat?"

Anindya mengangguk. "Siel namanya?"

"Iya, Siella. Cicit kakek gue, anaknya emang pinter, dia ngeluarin apapun yang ada diotaknya."

"Oh begitu, gue kaget. Tiba-tiba banget begitu."

Sakya terkekeh. "Iya emang diluar nalar banget."

"Tapi gue seneng, soalnya dibilang cantik. Kalo anak kecil kan omongannya jujur." Anindya cengar-cengir.

Sakya menatap Anindya lalu menatap jalan lagi. "Emang cantik."

"Siapa?"

"Ya elo, masa gue."

"Ah boong elo mah,"

Sakya memelankan laju mobil, ia menatap Anindya yang juga menatapnya. "Serius, lo cantik. Cantik banget."

Anindya membuang muka, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang. "Serius amat sih padahal gue becanda," gumamnya.

****

#kimjiwon #kimsoohyun #soowon #nabastala

NABASTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang