Izmi tumbuh dalam suasana yang penuh dengan ketidakstabilan di rumah kakek dan neneknya. Ketika ibunya, Maya, harus pergi ke luar negeri untuk bekerja, Izmi tinggal bersama kakek, neneknya.
Sejak kecil, Izmi merasakan perbedaan yang mencolok antara dirinya dan anak-anak lain di rumah. Paman dan istri pamannya, Jaka dan Rini, sering memperlakukannya dengan dingin dan keras. Jaka adalah pria yang keras kepala dan cenderung marah, sedangkan Rini sering kali iri dengan Izmi ketika dibelikan perhiasan oleh ibunya. Mereka melihat Izmi sebagai beban tambahan di tengah kesulitan ekonomi mereka sendiri.
Hari-hari Izmi dipenuhi dengan kesepian dan ketidakpastian. Jika Izmi sedikit saja melakukan kesalahan, dia akan mendapatkan teguran keras atau bahkan hukuman. Paman Jaka tidak kalah kerasnya; ia jarang berbicara dengan lembut dan lebih sering memarahi Izmi jika ia mengganggu rutinitasnya.
Di sekolah, Izmi menghadapi situasi yang tidak jauh berbeda. Dia sering menjadi target ejekan anak-anak lain yang menyadari betapa berbeda dan kurangnya perhatian yang diterimanya di rumah. Izmi sering merasa cemas dan tidak nyaman di lingkungan sosialnya, hanya mampu berdoa agar hari-harinya berlalu cepat. Dia berusaha keras di sekolah, tetapi ketidakstabilan emosional dan kurangnya dukungan membuatnya sulit untuk fokus.
Saat malam tiba, Izmi sering duduk sendirian di sudut kamarnya yang kecil, Ia merindukan kasih sayang ibunya dan mencari pelipur lara di dalam buku-buku yang dia miliki—buku-buku yang membawanya ke dunia yang jauh dari kepedihan sehari-hari.
Suatu malam, Izmi pergi ke tepi pantai di belakang rumah. Di bawah sinar bulan, dia duduk di antara tanaman-tanaman yang tumbuh liar dan merasakan angin sepoi-sepoi yang dingin. Dalam hening malam itu, dia menangis tanpa suara, berharap bahwa keputusasaannya dapat dihapus oleh sesuatu yang lebih baik di masa depan.
Meskipun hidupnya penuh dengan kesulitan dan ketidakpastian, Izmi memiliki satu hal yang selalu membantunya bertahan: mimpinya. Dia mengingat kembali harapan-harapan yang pernah diidamkan oleh ibunya dan mimpi-mimpinya sendiri untuk suatu hari bisa keluar dari siklus penderitaan ini. Dalam setiap malam yang penuh dengan kesepian dan rasa sakit, Izmi menyimpan tekad di dalam hatinya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan menemukan jalan keluar dari kehidupan yang penuh kesedihan ini.Setiap hari, dia terus berjuang, baik di sekolah maupun di rumah, berusaha untuk tetap berfokus pada impian dan harapan yang tersisa. Meski dia merasa menjadi beban bagi semua orang di sekelilingnya, Izmi percaya bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan tempat di mana dia dapat diterima dan dicintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa di Titik Nadir
AléatoireJejak Rasa di Titik Nadir: Menceritakan kisah Izmi, seorang gadis di sebuah kota di salah satu pulau bagian Tenggara Ibu Pertiwi yang lahir dalam keluarga yang terpecah. Dikelilingi oleh kekacauan emosional dan konflik keluarga, Izmi berjuang untuk...