Mimpi yang Terus Menyala

7 2 0
                                    

Izmi tumbuh dengan tekad yang kuat untuk meraih cita-citanya. Meski menghadapi banyak kesulitan, mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi menjadi sumber kekuatan dan motivasi utama dalam hidupnya. Setiap pagi, dia berusaha bangun lebih awal, menyiapkan pekerjaan rumah tangga, dan kemudian bergegas ke sekolah.

Saat berusia enam belas tahun, Izmi menghadapi keputusan penting: memilih jalur pendidikan yang akan membantunya mencapai mimpinya. Dengan dukungan yang minim dari keluarga dan tekanan finansial yang terus membebani, Izmi memutuskan untuk mengejar mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dia tahu bahwa tanpa beasiswa, impian itu mungkin hanya tinggal impian.

Di tengah kesulitan yang dialaminya, dukungan ibunya, Maya, menjadi satu-satunya sumber semangat yang nyata. Sementara itu, ayah Izmi, Rudi, yang tinggal di kota yang sama dengan Izmi tetapi jarang berhubungan, tidak menunjukkan minat pada pendidikan putrinya. Rudi lebih sibuk dengan kehidupannya yang baru dan anak tiri dari istri barunya, dan sering mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Ketidakpedulian Rudi membuat Izmi merasa lebih terasing, tetapi dia berusaha keras untuk tidak membiarkan ketidakpedulian ayahnya mempengaruhi semangatnya.

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan akhirnya, keputusan mengenai kelulusan tiba. Izmi merasa jantungnya berdebar-debar saat membuka surat keputusan dari kampus. Dalam keheningan kamarnya, dia membaca dengan hati-hati. Alangkah bahagianya ketika dia menemukan bahwa dia berhasil lulus menjadi mahasiswi.

Kemenangan ini membawa kelegaan dan kebahagiaan yang mendalam. Meski dia masih harus menghadapi banyak tantangan di depan, seperti biaya tambahan dan persiapan pindah ke kota untuk kuliah, dia merasa mendapatkan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk terus melangkah maju. Keberhasilan ini adalah bukti bahwa usaha dan ketekunannya selama ini tidak sia-sia.

Izmi mempersiapkan diri untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Dia mengemas barang-barangnya dengan hati-hati, memikirkan masa depan yang penuh harapan. Dia tahu bahwa perjalanan ke depan akan penuh dengan tantangan, tetapi dia merasa siap untuk menghadapi semua itu dengan tekad dan semangat yang membara.

Saat dia berpamitan dengan rumah kakeknya yang penuh kenangan, Izmi meninggalkan tempat yang telah menjadi bagian dari hidupnya dengan rasa syukur dan harapan baru. Setiap langkah menuju perguruan tinggi adalah langkah menuju cita-citanya yang terus menyala, dan dia bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Meskipun perjalanan ini baru saja dimulai, Izmi tahu bahwa impian dan keyakinannya akan membimbingnya menuju masa depan yang lebih cerah. Agar dia segera keluar dari lingkaran yang menyesakkan selama ini.

Jejak Rasa di Titik NadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang