Berjuang Untuk Bertahan

5 2 0
                                    

Izmi duduk di mejanya, mata lelah menatap tumpukan buku dan lembaran tugas yang tak kunjung berkurang. Suasana di kamarnya terasa semakin berat, hampir seolah-olah dinding-dindingnya menekan tubuhnya yang sudah mulai lelah. Setelah seminggu terakhir yang penuh dengan ujian dan tenggat waktu, ia merasa seperti berada di tepi jurang yang curam.

Dari luar jendela, cuaca terlihat cerah, namun perasaan Izmi seolah terjebak dalam badai yang tak berujung. Pikiran tentang biaya kuliah yang terus menumpuk membuatnya terjaga hingga larut malam. Ia harus mencari cara untuk melunasi tunggakan yang semakin menggunung. Meskipun hatinya terasa hancur, tekadnya untuk menyelesaikan pendidikannya tetap berkobar.

Keesokan harinya, Izmi memutuskan untuk menghubungi beberapa teman sekelasnya. Ia mengharapkan dukungan moral dan mungkin saran tentang cara mengatasi situasi sulit ini. Ketika mereka berkumpul di saung kampus, suasana terasa lebih ringan. Teman-temannya, melihat betapa stres dan kelelahan Izmi, memberikan dukungan dan nasihat. Mereka membagikan tips tentang beasiswa dan pekerjaan paruh waktu yang bisa membantu meringankan bebannya.

Di tengah semua usaha ini, Izmi mulai merasakan sedikit kelegaan. Dukungan dari teman-teman dan kesempatan baru yang didapatnya membantu mengurangi beban pikiran. Meski jalannya masih panjang dan penuh tantangan, Izmi merasa ada secercah harapan di ujung terowongan. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi tekadnya untuk bertahan dan berhasil semakin menguat.

Jejak Rasa di Titik NadirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang