【 01 - ORPHANAGE 】

154 44 25
                                    

Please vote before reading! Thank you
Happy reading

Please vote before reading! Thank you Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Helz, Jean, Jave, Sloan, Sion, Juloan, dan Riven kecil, berdiri sambil menangis mengelilingi batu nisan yang bertuliskan nama Lenny beserta tanggal lahir dan tanggal kematiannya. Bingkai fotonya yang tengah tersenyum, terpajang di batu nisan, membuat mereka yang melihatnya merasa sangat pilu dalam hati. Sambil menaburkan kelopak bunga mawar merah di atas gundukan tanah.

Diantara ketujuh anak laki-laki itu, Sion lah yang paling merasa sedih karena merasa bersalah telah merepotkan Lenny semasa hidupnya. Dia menangis begitu keras sampai saudara-saudara nya harus turut menenangkannya. 

Ethel berdiri tidak jauh dari ketujuh anak laki-laki itu berada. Terus menunduk sambil menangis dalam diam. Beruntung, Ethel mengenakan jubah hitam dengan tudung yang menutupi kepala serta sebagian wajahnya supaya tidak ada yang tahu kalau dirinya juga bersedih.

Tanpa sadar waktu berjalan begitu cepat, dan langit semakin gelap. satu persatu orang yang turut ikut dalam pemakaman Lenny mulai pergi dari sana. Menyisakan Ethel dan ketujuh anak laki-laki itu.

Langit mendung perlahan mulai menurunkan butiran air, bersamaan dengan hembusan angin kencang mengarah ke timur. Membuat Ethel dan ketujuh anak laki-laki itu seolah akan ikut terbang terbawa angin.

Ethel segera minta ketujuh anak laki-laki itu untuk masuk ke panti asuhan karena cuaca yang memburuk, tapi satupun dari mereka tidak ada yang menurut. Memilih tetap diam duduk di dekat kuburan Lenny, tidak berhenti meratapi kepergian Lenny.

Ethel amat prihatin dengan Helz, Jean, Jave, Sloan, Sion, Juloan dan Riven. Dia pun memperhatikan ketujuh anak laki-laki itu satu persatu dengan harapan salah satu dari mereka ada yang bisa lebih dimengerti.

Matanya tertuju pada satu anak, yaitu Helz, dia yakin sekali bahwa dia adalah anak tertua di antara keenam anak lainnya. Berjalan mendekati Helz dan segera menyampaikan apa yang perlu disampaikan.

Karena Ethel belum mengetahui nama Helz, yang dia lakukan hanyalah menepuk pundak anak itu. Helz langsung menoleh, menatapnya bingung. Matanya sembab karena menangis. Kemudian anak itu langsung berdiri sambil mengusap matanya dengan lengan bajunya.

“A-apa?” tanya Helz dengan suara yang sedikit bergetar.

“Ayo kita masuk, cuaca sekarang sedang buruk.,” ujar Ethel mencoba mengajak Helz dan juga keenam anak lainnya, meskipun dia tidak begitu tahu bagaimana cara membujuk anak kecil.

Anak itu langsung menggelengkan kepala, kemudian duduk kembali di tempat dia duduk bersama anak laki-laki lainnya. Jave yang di sebelah Helz melihatnya sekilas hendak bertanya, tapi dia tidak kepikiran ingin bertanya apa. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan kembali memandangi foto Lenny.

INSIDE HOUSE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang