【 12 - DAY OF WORRY 】

45 18 12
                                    

Please vote before reading! Thank you
Happy reading

Please vote before reading! Thank you Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Ethel berjalan-jalan menyusuri panti asuhan. Berpatroli setiap malam demi mematikan tidak ada anak yang keluyuran di sekitar panti asuhan sepanjang malam, itu sudah menjadi rutinitas nya setiap malam. Jalan demi jalan, lorong demi lorong, dan beberapa ruangan dia datangi, terus membuatnya bernapas lega karena menduga tidak ada anak yang keluar malam-malam. Namun saat tidak sengaja melewati satu lorong, sekilas Ethel menyadari sesuatu. Dia pun melangkah mundur, lalu menengok ke dalam lorong itu.

Merasa kurang jelas dengan yang dilihat, Ethel pun melangkah masuk ke lorong itu mencoba melihat sesuatu itu dengan lebih jelas. Kemudian mata Ethel melebar serta kedua tangannya menutupi mulutnya, termangu dengan apa yang dia lihat. Berjalan menghampiri Juloan yang tergeletak di lantai dengan cairan kental yang menggenang di sekitarnya. Tampak tidak berdaya.

“Juloan!?” Ethel duduk bersimpuh di sebelah Juloan menatapnya khawatir. Tidak memperdulikan gaunnya yang terkena cairan kental yang basah itu. Sedikit menggoyangkan tubuh Juloan demi memastikan keadaannya.

Jari-jari Juloan bergerak perlahan, seolah menjawab panggilan Ethel. Kemudian, dia mulai membuka matanya perlahan. Menatap kesana-kemari mencoba mengingat sesuatu.

Seketika Ethel menghela napas lega. Kemudian sedikit bergeser, lalu memindahkan kepala Juloan ke atas pahanya, mengelus-elus puncak kepala anak itu lembut, lantas bertanya, “Apa yang terjadi kepadamu, nak?”

Juloan tidak kunjung menjawab, matanya terus bergerak kesana-kemari mencoba mengingat sesuatu. Tapi semakin dia mencoba, kepalanya semakin berdenyut. Lebih parah dari sebelumnya.

“Kamu baru saja dari kamar kecilkan, tidak keluyuran?” tambah Ethel kembali memastikan.

Juloan hanya menggeleng. Menggeleng bukan untuk menjawab, melainkan karena dia tidak terpikirkan apapun selain mengiyakan. Kemudian dia tersadar ada sesuatu di tangannya, lalu mengangkat tangannya dan melihat apa yang ada di sana dengan intens. Sebuah cairan kental berwarna merah menempel di sana. Perlahan mendekatkan tangannya itu ke wajah lalu mengendusnya. Kemudian mengernyitkan dahi, heran. Darah? Juloan pun menatap Ethel yang masih terus menatapnya, penuh pertanyaan. Membuatnya bingung harus apa.

 Membuatnya bingung harus apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INSIDE HOUSE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang