【 07 - ANOMALY 】

75 32 14
                                    

Please vote before reading! Thank you
Happy reading

Please vote before reading! Thank you Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

“Siapa yang tidak hadir hari ini?” tanya Rain, menatap semua muridnya. Lalu beralih menatap ke buku absen.

Kelas yang semula ramai mendadak senyap. Selang beberapa saat akhirnya ada yang mengacungkan tangan, seorang laki-laki tampan bertubuh gagah, siapa lagi kalau bukan Helz. Dia berdiri dari tempat duduknya, hendak menyampaikan jawabannya.

“Juloan, Miss. Hari ini dia tidak hadir karena sakit,” ucap Helz lantang.

Mendengar itu Rain mengernyitkan dahi menatap Helz tidak percaya, kemudian melenggang pergi meninggalkan kelas tanpa mengatakan sepatah katapun.

“Wah.. sebuah kebohongan yang sangat-sangat tidak terduga, kak Helz. Tidak kusangka kamu akan berbohong demi menyelamatkan seorang Juloan yang menyebalkan itu,” timpal Jean sambil menepuk kedua tangannya. Menatap Helz sinis.

Helz menghembuskan nafas pelan lalu duduk kembali, mencoba untuk terus tenang. Kemudian bertanya, “Setelah semua yang ku katakan, kamu masih tidak percaya?

“Tidak sedikitpun,” sahut Jean, terus terang. Berdiri dari tempat duduknya. Helz hanya diam mendengus kesal.

“Jean, mau kemana? Miss Rain sebentar lagi kembali,” Jave menarik tangan Jean, mencoba menahannya. Sayangnya Jean langsung menepis tangan Jave dari tangannya, kemudian melangkah ke pintu, berbalik sejenak dan akhirnya melenggang pergi dari kelas.

Helz menghela nafas, dadanya sedikit sesak. Dia menunduk, merenungi semua kata-kata yang diucapkannya ke Jean barusan. Pikirannya jadi kacau karena percakapan tadi, membuat merasa bersalah, amat bersalah. Dalam hati dia terus menyebut dirinya buruk karena itu. Tidak henti-henti sampai dia menyadari sebuah tangan, menepuk punggungnya pelan. Seketika Helz mengangkat kepalanya kemudian menengok kebelakang, melihat siapa yang menepuk punggungnya.

Jave, berdiri di belakang Helz sejak Jean keluar kelas. Terus menepuk-nepuk punggung Helz berharap dia menjadi tenang.

“Sudah kak Helz, tidak usah merasa bersalah seperti itu. Kamu tahulah Jean itu seperti apa, tidak heran jika dia begitu, dan juga kamu terlalu serius tadi menanggapi Jean. Tidak biasanya kamu seperti itu, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Jave prihatin, masih setia berdiri di belakang Helz, tangannya beralih memijat pundaknya.

Helz kembali menunduk, masih memikirkan Jean. Dia bingung harus apa. Menghembuskan nafas pelan, berharap bisa lebih tenang. “Aku baik-baik saja, Jave. Terima Kasih,” ujar Helz lirih.

Jave mengangguk pelan, “Sepertinya kamu juga perlu istirahat, Helz. Kamu terlihat lelah hari ini,” tutur Jave perhatian.

“Tidak kok, aku masih seperti biasanya,” sahut Helz buru-buru mengangkat kepalanya, menunjukkan betapa baik keadaannya sekarang.

INSIDE HOUSE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang