【 18 - INSPECTION 】

26 6 0
                                    

Please vote before reading! Thank you
Happy reading

Please vote before reading! Thank you Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Rein memasuki ruangan yang berada tidak jauh dari kelas dia mengajar–tepatnya berjarak sekitar lima meter dari sini, ruangan yang di khususkan untuk dirinya, Rain, dan beberapa orang lainnya layaknya kantor.

Rein duduk di bangkunya, lalu mulai melihat-lihat kembali isi setiap lembar kertas milik ketujuh anak laki-laki itu. Meskipun sudah dua kali dia melihatnya tapi tetap saja masih dibuat kaget oleh salah satu lembar itu.

Rain yang baru saja datang, tiba-tiba saja menghampiri kembarannya, duduk di pinggiran meja dengan tangan kanan bertumpu pada meja.

Sekilas Rein melihat ke arah kembarannya dan lantas bertanya, “Bagaimana kelasmu hari ini?”

“Seperti biasa mereka selalu aktif dan aku jadi sering kewalahan karena itu. Bagaimana denganmu?” keluh Rain menghadapkan wajahnya ke atas sambil menyentuh dahi dengan punggung tangannya, lalu kembali menghadap ke Rein dan balik bertanya.

Rein tidak terlalu fokus dengan Rain karena terus fokus pada satu lebar kertas itu, tanpa sadar dia bergumam “Mengejutkan.”

Seketika Rain mengernyit mendengar gumaman Rein, dengan penasaran dia mengintip isi dari ketujuh lembar kertas itu. “Memang apa yang mengejutkan dari ke tujuh anak itu,” ujarnya tiba-tiba.

Rein segera menggeleng mendengar pertanyaan kembarannya itu dan menyahuti, “Bukan itu, yang ku maksud adalah salah satu dari mereka, kau mau melihat?” kemudian Rein menyerahkan salah satu lembar kertas itu kepada Rain agar ikut mengetahuinya juga.

Setelah membaca itu Rain menggeleng tidak paham “Memangnya apa?” sambil mengangkat bahunya. “Menurut ku ini hanya gambar asal saja, jadi apa yang mengejutkan,” lanjutnya, lalu menaruh lembar kertas itu di meja.

“Rain tolong lihat baik-baik jangan salah fokus seperti itu,” tunjuk Rein.

Rain memutar bola matanya dan kembali memperhatikan lembaran kertas itu, sejenak terdiam dan kelamaan dia menyadari sesuatu di sana. “Tunggu!” seru Rain.

Kemudian Rein menghela napas lalu berujar, “Anak itu lagi-lagi menuliskan hal-hal tersirat yang tidak pernah aku sadari.”

“Di tes ku dia juga menuliskan itu,” tambah Rain, menatap mata kembarannya.

“Apa?”

“Padahal pertanyaan berbeda, tapi bagaimana dia menjawabnya dengan jawabannya yang sama?”

Suara pintu berderit terdengar, seorang pria dengan jas putih panjang berlari memasuki ruangan lalu duduk di bangku yang menghadap ke Rein–tepatnya meja dan bangkunya berjarak dua meter dari tempat Rein, cukup berjauhan namun tetap berhadapan.

INSIDE HOUSE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang