【 08 - STRANGE? 】

79 31 18
                                    

Please vote before reading! Thank you
Happy reading

Please vote before reading! Thank you Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________

Apapun itu selalu diawali sarapan pagi, rutinitas yang paling wajib karena saat itulah semua berkumpul bersama-sama tanpa terpisah sendiri-sendiri.

Suara dua orang yang suka beradu mulut terdengar, bersamaan suara ketukan sendok dan garpu. Mau mulut penuh atau bagaimanapun tetap saja menyempatkan untuk berbincang-bincang sampai debat. Siapa lagi kalau bukan Riven dan Jean. Tidak ada yang mau menengahi karena apa yang mereka debatkan kebanyakan tidak berguna. Dari sekian banyak teguran yang mereka terima, kali ini Ethel memberikan peringatan terakhir kepada mereka berupa menarik telinga mereka. Setelah dilepas telinga sebelah kanan Riven sedangkan Jean telinga sebelah kirinya sama-sama berdenyut terasa panas serta berbekas kemerahan.

Melihat itu, Sion diam-diam menahan tawa. Dia pun menutup dan membungkam mulutnya sendiri. Tapi lama kelamaan, dia kelepasan. Reflek Sloan memukul puncak kepala Sion dengan kepalan tangannya. Sion pun mengerang kesakitan sambil memegangi puncak kepalanya.

“Kak Sloan, jangan kasar dong,” ujar Sion. Mengelus kepalanya sendiri.

“Siapa suruh tertawa,” ketus Sloan melipat kedua tangannya.

“Tapi Kak Sloan sendiri juga mau tertawa,” tambah Sion menunjukkan Sloan.

“Pfft.. sialan,” gumam Sloan memalingkan wajahnya ke samping kanan.

Tidak seperti yang lain, yang Juloan lakukan hanyalah mengaduk-aduk makanan dihadapannya. Mencoba memasukkan sesuap nasi ke mulut tapi mengurungkannya, belum masuk saja rasanya sudah hambar.

“Juloan, kenapa makanan tidak dimakan?” Tanya Helz sambil sedikit menggeser kursinya untuk mendekati Juloan. Lalu menatap wajah Juloan yang terlihat lesu. Juloan hanya menggeleng, balas menatap Helz.

Helz pun mengambil alih sendok dari tangan Juloan, menyendok sesendok nasi itu lalu lalu menyodorkan nya ke mulut Juloan.

“Aku bukan anak kecil, kak, tidak usah repot-repot.” Juloan langsung memalingkan wajahnya, menolak suapan Helz.

“Makanya di makan, ayo,” tutur Helz terus menyodorkan sesendok nasi itu di dekat mulut Juloan. Tanpa, banyak bicara Juloan langsung mengambil alih sendok itu dan mulai memakan makanannya. Helz turut tersenyum melihat itu, lega rasanya. Akhirnya dia pun lanjut memakan sarapannya.

 Akhirnya dia pun lanjut memakan sarapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INSIDE HOUSE  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang