"Mengapa menangis, hm?"
[Name] bergumam dengan begitu lirih. Tangannya terulur. Mengusap air mata yang mengalir di pipi Itachi. Lalu, mengecupnya sekilas. Tubuh [Name] berbalik seratus delapan puluh derajat.
Pagi telah datang. Sinar matahari menyelinap masuk dari jendela kamar mereka dengan intensitas yang cukup banyak.
Dengan perlahan, [Name] bergerak. Berusaha menimbulkan suara seminimal mungkin. Menjauhi kemungkinan Itachi akan bangun karena suaranya.
Tangan [Name] terulur. Ia memungut dan menggunakan pakaiannya kembali setelah mandi dan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket setelah Itachi menyita waktunya seharian penuh kemarin setelah kedua ramuannya telah berhasil dibuat.
Suatu keajaiban ketika Itachi bahkan tidak bangun dari mimpinya kala sinar matahari dan suara gemericik air menyerangnya secara bersama-sama mengingat bagaimana sensitif inderanya.
[Name] menuliskan sesuatu di lembar kertas yang ada di sebelah nakas dekat Itachi tidur. Pamit kepada Itachi melalui surat di sana.
Ditujukan agar Itachi tidak bingung lagi mencarinya seperti kapan lalu yang membuat Itachi membuat seluruh ruangan menjadi berantakan. Membuatnya bekerja dua kali. Itu melelahkan dan [Name] tidak begitu menyukai hal semacam ini!
Setelahnya, [Name] bergegas. Ia melangkahkan kakinya ke arah luar kamar. Ia berniat membuat beberapa sarapan untuk keduanya. Tentu dengan masakan yang berbeda karena [Name] tidak bisa makan makanan mentah seperti makanan yang cukup Itachi gemari, steak sapi setengah matang.
(✯✯)
"Bagaimana hasilnya, Shishui, Shikaku?"
Shishui dan Shikaku yang tengah bersimpuh di hadapan hokage hanya menganggukkan menganggukkan kepalanya dengan tegas. Setelahnya, keduanya menegakkan tubuhnya. Berdiri dan melangkahkan kaki mereka ke arah hokage. Menyerahkan beberapa gulungan dan hasil analisa mereka kepadanya.
Hokage menerima laporan tersebut. Sembari membaca laporan itu secara pribadi, Shishui dan Shikaku menjelaskannya bergantian.
Shishui membuka mulutnya, "Kami sedang menganalisa lebih dalam mengenai hal tersebut, hokage-sama. Karena ternyata, masih banyak hal yang tertutupi kebenarannya setelah kami analisa beberapa waktu ini."
Hiruzen menghembuskan nafasnya kasar. "Ternyata masih banyak hal yang tertutupi, ya? Aku tidak menyangka insiden ini mampu membuka hal buruk yang tidak aku ketahui."
Shishui menyetujuinya. Sejujurnya, lelaki itu juga tidak menyangka jika keburukan dan hitamnya riwayat Danzo ternyata lebih banyak lagi. Entah harus bersyukur atau tidak, namun jika tidak karena insiden ini, kemungkinan riwayat hitam Danzo itu pasti akan semakin terpendam!
"Kami menemukan indikasi bahwa Danzo bekerja sama dengan Orochimaru dalam penelitian ilegal. Namun, untuk lokasi dan jumlah korban masih belum teridentifikasi. Kami masih dalam proses untuk itu."
Hiruzen menutup kedua matanya erat-erat sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya panjang. Lelaki renta itu membalikkan tubuhnya. Ia berujar, "kerja bagus! Shishui, ikutlah bersamaku! Kita yakinkan keluarga [Name] dan Itachi. Keluarga [Name] berniat menarik bantuan tiga puluh persen mereka ke desa setelah empat minggu kabar ini beredar."
Hiruzen beralih ke Shikaku. "Kau yakinkan penduduk desa sekarang, Shikaku! Mereka semakin menjadi. Aku khawatir jika menunda kabar ini, maka kerusuhan semakin bertambah."
"Hai!"
(✯✯)
"Kami sungguh minta maaf!"

KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going | On Revision] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
FanfictionJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...