"Udah tidur ya?" Galaksi bergumam pelan begitu memasuki kamar tidur yang hampir seluruh lampunya sudah dimatikan, kecuali sebuah lampu tidur di sudut pembaringan yang sengaja dibiarkan menyala agar memberikan kesan temaram yang hangat bagi pemiliknya.
Pria itu melepaskan seragam dinasnya dalam diam, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Guyuran air yang terasa semakin dingin di jam menjelang subuh begini terasa menusuk sampai ke inci terdalam tulang-tulang Gala.
Tidak mau berlama lama, Gala menyelesaikan acara membersihkan diri itu kurang dari lima belas menit, kemudian langsung meraih handuk yang tergantung di balik pintu lalu melingkarkan di sekitar pinggangnya.
Sebelum benar benar keluar, Gala menyempatkan diri bercermin, memandangi pantulan dirinya sesaat. Mata yang terlihat lelah, rambut sedikit gondrong yang sangat lepek bahkan setelah dikeramas beberapa saat lalu, lalu pori-pori di wajahnya yang membesar, membuat Gala mengasihani dirinya sendiri. Tak lupa pria itu menyentuh beberapa bekas luka memar dan luka robek di sekitaran lengan, dada dan perutnya dengan tangan. Pandangan matanya benar benar tak terbaca.
"Apa harus dilanjutkan?" bisiknya pada diri sendiri, entah membicarakan apa. Pria itu kemudian membuang nafas berat, sebelum benar-benar beranjak keluar.
Gala kembali melirik ke arah tempat tidur, suara dengkuran halus dari Peter membuat sudut bibirnya terangkat, ada rasa tenang yang menyusupi hatinya melihat laki-laki kesayangannya itu bisa beristirahat dengan lebih tenang.
Gala membuka lemari dengan sangat hati-hati, tak membiarkan suara decingan sedikitpun, Peter itu sensitif pada suara, Gala tak mau Peter terbangun karenanya.
Setelah mengganti pakaiannya dengan sebuah piayama berwarna hitam, Gala perlahan berjalan ke sisi ranjang yang kosong, pria itu membuka selimut sepelan mungkin, kemudian dengan sangat hati-hati menaiki ranjang dan membaringkan tubuhnya hampir tak menimbulkan gerakan.
Namun baru juga punggung lelahnya beradu dengan kasur empuk itu, tubuh di sebelahnya menggeliat, posisi Peter yang semula memunggunginya kini sudah berbalik menghadap Gala.
Gala menatap istrinya dengan was-was, berharap pria itu tidak terbangun. Namun hanya beberapa saat, Peter perlahan membuka matanya kemudian menatap Gala dengan pandangan yang sedikit sayu. "Baru pulang?" tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Udah agak lama, aku mandi bentar. Kamu kebangun gara gara aku ya?" tanya Gala merasa bersalah.
Dia dan Peter memang berpisah di kantor beberapa jam lalu, dia yang memaksa Peter pulang duluan sebenarnya, sementara dia masih harus menginterogasi beberapa saksi dari kasus pelecahan gadis di bawah umur yang mayatnya ditemukan dalam kondisi tak utuh. Lalu memeriksa berkas tentang kasus kematian Jenderal Ronald yang jadi headline kasus di tim mereka saat ini.
"Kamu kalo habis mandi baunya pasti menyengat, aku langsung kebangun."
"Maaf ya Sayang." Gala mendekatkan dirinya kearah Peter lalu mengelus surai hitam pria itu dengan lembut, "tidur lagi ya, masih jam dua."
Namun alih-alih menurut, Peter yang sudah melingkarkan lengannya di pinggang Gala sambil menyembunyikan wajahnya di dada pria itu malah kembali bersuara, "Gimana hasilnya?"
Gala terdiam sesaat, namun kemudian tetap menjawab, "Nihil, hanya ada dua sidik jari yang terdeteksi, semuanya milik kedua korban." jawab Gala seolah sudah mengerti apa yang Peter maksud.
Kemudian keduanya kembali diam. Hening tercipta cukup lama, sampai Gala berfikir mungkin Peter sudah tertidur kembali.
Namun baru saja hendak ikut menutup matanya setelah memeluk sang kesayangan dengan erat, Peter yang sedari tadi diam kembali bergerak dan semakin erat memeluk Gala, seperti mencari posisi ternyaman sambil menghirup aroma sabun mandi kesukaannya dari tubuh pria itu.
YOU ARE READING
A SECRET [POOHPAVEL] ✅
Fanfiction"Berlututlah sebelum timah panas ini menembus kepalamu" ~Peter Jayden