Tekad

72 10 0
                                    

"Sudah di sampaikan pesan saya ke Letnan Rey?"

Pria yang menatap nanar keluar jendela dengan tiang infus yang berdiri tegak di samping kursi rodanya itu bertanya pada seorang berseragam polisi namun di bungkus dengan sebuah jas putih panjang khas dokter yang berdiri di belakangnya.

"Sama seperti permintaan kamu, saya menulis alamat tempat dimana saya menyimpan semua bukti yang saya miliki selama ini." ujarnya, sembari juga menatap lurus keluar jendela.

"Kamu yakin dengan keputusan ini? Mengikut sertakan saya?" tanya dokter itu sambil menatap punggung lebar itu dengan miris.

"Kenapa tidak?"

Sang dokter menggeleng. "Saya hanya takut kamu belum siap secara mental."

"Saya siap dan berniat mengakhiri ini secepatnya dan pulang kerumah menemui isteri saya dokter. Saya tidak bisa membayangkan betapa khawatirnya dia selama ini mencari keberadaan saya. Peter itu tidak sekuat apa yang dia perlihatkan, dia pasti sudah menyakiti dirinya sendiri." dokter mendengar suara lirih itu sambil menunduk, tidak berani berkomentar lebih.

"Semoga Letnan Rey menyadari sinyal itu dengan baik." lanjutnya.

Dokter itu mengangguk. "Saya satu akademi dengan Rey, dia adik asuh saya dulu. Saya kenal betul kompetensi dia, Sersan Galaksi."

Galaksi memutar kursi rodanya menghadap dokter Faisal. Wajah pemuda itu terlihat lebih segar daripada hari-hari sebelumnya saat dia masih terbaring tak berdaya di atas tempat tidurnya. Lebam-lebam diwajahnya mulai samar, namun kakinya belum bisa digunakan dengan normal.

"Jujur saya masih bertanya-tanya, bagaimana dokter bisa tahu semua ini dan bahkan mengumpulkan bukti tentang siapa pelaku pembunuhan Jenderal Ronald dan bahkan ayah mertua saya?"

Dokter Faisal membuang nafas berat. "Ceritanya panjang, intinya dulu saya adalah tim forensik yang ikut menyaksikan proses otopsi jenazah Inspektur Evan. Saya menyadari keganjilan sejak di ruang otopsi, namun saya hanya dokter pembantu yang tidak punya power apa-apa."

"Kalau saya boleh bercerita, saya baru jadi polisi waktu kasus kematian mama kamu menggegerkan publik waktu itu...." Faisal berkisah, matanya sedikit menyipit menandakan bahwa dia mencoba menarik dirinya masuk kedalam dimensi waktu.

"Hubungan persahabatan Inspektur Evan dan Jenderal Bumi dulu fenomenal, baik di kesatuan kami maupun akademi. Kisah heroik mereka mengungkap kejahatan bersama, terutama kejahatan luar biasa sudah seperti kisah James Bond tau, kami disuruh mencontoh dedikasi sekaligus persahabatan mereka."

"Sampai suatu hari kepolisian berhasil membongkar kartel narkoba yang ternyata punya kaitan dengan Hongkong. Setelah di selidiki lebih lanjut, ternyata geng itu juga bergerak dalam bidang berdagangan orang, organ, perempuan dan anak. Seketika heboh waktu itu."

Gala mencoba menyimak cerita dokter Faisal. Walaupun dia sudah tahu pasti siapa dan bagaimana kronologi kasus itu. Kejahatan dan kematian ibunya sudah sering di ceritakan orang, bahkan kisah itu bisa dicari dengan mudah di internet, jadi Gala sama sekali tak merasakan hal-hal yang mengganjal lagi, toh mamanya memang seorang kriminal. Gala sudah berdamai dengan itu sejak lama.

"Dan ya singkatnya tim khusus yang diberinama The Shadow di bentuk, gabungan dari beberapa unit kepolisian dan dipilihlah prajurit-prajurit terbaik. Saat itu kita nggak tahu siapa aja anggota the shadow. Sampai akhirnya terungkaplah siapa dan...." Faisal menjeda kalimatnya, matanya melirik kearah Gala ragu.

"Lanjutkan saja dok, saya sama sekali tidak keberatan." ujar Gala seolah mengerti apa yang dipikirkan dokter Faisal.

"Ya sampai penangkapan itu berlangsung dan selesai. Kasusnya selesai, hubungan Inspektur Evan dan Jenderal Bumi juga memburuk, setiap kali media bertanya mereka cuma bilang tidak ada yang salah dan mereka tetap baik-baik aja. Namun faktanya, mereka tidak pernah terlihat bersama lagi, bahkan imbasnya adik kamu menghilang."

A SECRET [POOHPAVEL] ✅Where stories live. Discover now