"Ya benar sekali saat ini divisi profesi dan keamanan kami sedang bekerja. Saat ini BA sedang di tempatkan di tempat khusus, bersama beberapa anggota lain yang diduga terlibat. Belum ada yang bisa kami sampaikan pada rekan-rekan media saat ini, karena semuanya masih sangat ringkih, hanya saja pimpinan meninta rekan-rekan semua untuk mengawal kasus ini agar lebih transparan lagi."
"Izin bertanya Jenderal."
Seorang jurnalis muda kembali mengangkat tangannya, mau tak mau Maruli yang saat ini menjabat sebagai kepala divisi humas mempersilakan untuk mengajukan pertanyaan.
"Apakah kasus kematian Inspektur Evan akan dibuka kembali?"
Maruli diam sejenak seraya mengambil nafas panjang sebelum kembali berbicara, "Masa daluarsa dari kasus ini masih tersisa kurang lebih lima tahun, jika kemudian di temukan adanya keterkaitan, maka pihak kepolisian pasti akan membuka kembali kasus ini."
Konferensi pers yang di adakan di markas besar kepolisian pusat itu seketika menjadi perbincangan halayak ramai. Kebanyakan dari mereka mulai mencari tahu siapa Bumi Armawan, jenderal bintang tiga yang sebenarnya memiliki karir yang cukup mentereng, mencari tahu tentang kehidupan pribadinya dan kemudian mulai melontarkan hujatan dan hinaan pada orang itu.
Gala mendesah lemah sebelum mematikan layar ponselnya, jangkauan internet yang masif saat ini tidak mungkin bisa di kendalikan, tidak menutup kemungkinan juga jika nanti namanya akan ikut menjadi perbincangan orang-orang yang bahkan tak tahu pasti apa yang sedang terjadi.
"Kamu nggak apa-apa?"
Gala menoleh cepat saat merasakan sentuhan lembut pada jemarinya diikuti suara seseorang.
"Kak, kamu udah sadar." Gala buru-buru menggenggam jemari pria yang kini sedang terbaring lemah di tempat tidur pasien itu.
"Aku panggil dokter ya."
Namun tangan itu menghentikan Gala dari aksinya, Peter berusaha keras untuk kembali menarik orang itu duduk di tempatnya semula. "Nanti saja, aku sudah merasa baik-baik saja."
"Tapi dokter harus periksa lukamu kak."
Peter menggeleng lembut. "Aku nggak apa-apa. Aku pengen kamu disini."
Alhasil Gala hanya bisa menurut jika Peter sudah bersikeras. "Apa kamu beneran baik-baik aja?"
Sekali lagi Peter mengangguk. "Aku justru khawatir sama kamu, kamu nggak apa-apa? Kamu nggak benci kan sama aku?"
Galaksi menunduk, untuk sesaat dia tidak berbicara. Hanya suara nafasnya yang bisa Peter dengar, pria itu tentu tahu tabiat suaminya, saat ini Gala jauh dari kata baik-baik saja.
"Aku sejujurnya tidak baik-baik saja, semuanya berjalan terlalu cepat. Fakta bahwa Papi adalah gerbong mafia di negeri ini saja sudah cukup membuatku seperti tak sedang menapak di tanah, di tambah fakta bahwa Haikal sebenarnya adalah Bimasakti yang selama ini menghilang, dalang di balik tewasnya Om Onal dan Papa Evan juga kemungkinan adalah Papi. Aku bukan manusia jika baik-baik saja dengan semua itu."
Tangan Peter terangkat menyentuh rahang tegas suaminya. Wajah itu terlihat sangat kacau memang. Gala menyambut sentuhan itu dan menggenggam tangan Peter erat-erat. Seolah dia sedang mencari ketenangan untuk dirinya sendiri.
"Tapi aku sama sekali nggak berniat buat nyalahin Kakak, kita berdua adalah korban."
"Tapi karena aku, semuanya jadi seperti ini."
"Kita adalah polisi Kak, hidup dengan plot twist itu bukan sesuatu yang tabu. Justru Kakak lah bintang utamanya, karenamu semuanya jadi menemukan titik terang. Kakak hebat."
![](https://img.wattpad.com/cover/374416831-288-k758838.jpg)
YOU ARE READING
A SECRET [POOHPAVEL] ✅
Fanfiction"Berlututlah sebelum timah panas ini menembus kepalamu" ~Peter Jayden