"Apa yang kalian lakukan di rumahku?"
Suara Dewi Bulan terdengar lembut, namun begitu kuat dan mendalam. Setiap kata yang terucap menggema di tengah kehampaan angkasa, menembus jiwa, dan membuat waktu terasa melambat bagi siapa pun yang mendengarnya, seakan seluruh ruang bergetar dalam harmoni dengan kehendaknya.
Sosoknya yang luar biasa besar, dengan kedua tangan yang menggenggam bulan tempat Eliza dan Michael berdiri, tampak megah sekaligus mengerikan. Cahaya bintang-bintang yang jauh terlihat memudar di bawah pancaran aura sucinya, seolah alam semesta memberikan penghormatan tak terucapkan padanya.
Meski begitu, Eliza tetap berdiri tegak di tengah intimidasi sosok ilahi itu. Dia tidak terlihat gentar sendikit pun, bahkan keagungan Dewi Bulan tidak membuat gairah bertempurnya memudar. Dia masih tersenyum lebar dengan kedua mata menatap tajam Dewi Bulan.
Tak lama kemudian, wujud Dewi bulan tiba-tiba bercahaya. Cahaya itu sangat terang, melebihi ledakan bintang yang menerangi sepenuhnya kegelapan angkasa, hingga membuat Eliza sedikit menyipitkan mata menghadapi itensitasnya. Di sisi lain, Michael masih menunduk dengan sikap patuh
Kilauan emas itu terus menerangi angkasa, hampir menyerupai matahari baru yang muncul di tengah-tengah kehampaan, menghapus bayang-bayang bintang yang jauh dan mengubah bulan menjadi sekadar siluet di tengah pancarannya.
Namun, tiba-tiba cahaya itu lenyap begitu saja. Kegelapan kosmik kembali menyelimuti angkasa, seolah ledakan terang tadi hanya fatamorgana. Eliza segera membuka matanya lebar-lebar, matanya mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan mendadak itu, mencari sosok Dewi Bulan yang sebelumnya begitu megah dan mengerikan.
Beberapa saat kemudian, di kejauhan, terlihat sosok wanita melangkah perlahan menuju mereka. Kini, dia tidak lagi sebesar raksasa yang menggenggam bulan di kedua tangannya, tapi sekarang jauh lebih kecil. Sosok Dewi Bulan yang sebelumnya begitu menakutkan dan agung kini hadir di depan mereka dengan ukuran yang sama seperti Eliza dan Michael.
Meski ukurannya kini setara dengan mereka, aura suci dan megah itu tetap tak berkurang. Setiap langkah wanita itu terasa begitu berbeda, dan dengan setiap pijakan, ruang di sekeliling mereka tampak bergetar tipis, seakan kosmos sendiri tunduk pada kehadirannya. Mata Dewi Bulan yang dingin tanpa ekspresi tetap tertuju pada Eliza dan Michael, meski kini sosoknya jauh lebih sederhana.
"Eliza, Michaela..." ujar sang dewi, suaranya tetap lembut namun penuh kekuatan, seolah mencakup ruang dan waktu. "Di antara kalian, siapa yang akan bertanggung jawab pada kerusakan rumahku?"
Meskipun pertanyaan itu diberikan pada mereka, kedunya terlihat tak berniat untuk menjawab. Michael masih menunduk menghadap Dewi Bulan, mengikuti setiap gerakannya. Sementara Eliza, masih berdiri tegak dengan tatapan tajam tertuju pada Dewi Bulan.
Sejenak, Lunatic sang Dewi Bulan, menatap sekeliling. Dia memperhatikan setiap kerusakan pada wilayah kekuasaannya—bulan—yang disebabkan oleh pertempuran mereka. Meskipun awalnya dia terlihat marah, kini dia hanya menghela napas panjang, seolah mencoba memaklumi perbuatan mereka.
"Eliza." Dewi Bulan memanggil sambil menjentikan jari, kemudian sebuah kursi megah muncul di belakangnya. Dia duduk dengan anggun sambil melanjutkan, "Apa kamu tahu, alasan aku mengundangmu ke tempat ini?"
Eliza mendengus kecil setelah mendengar pertanyaan itu. Kemudian, dia menjawab, "Jangan membuang waktuku, Makhluk Kotor. Kau ingin aku menjadi pionmu, bukan? Fufu~ Jangan bercanda. Salah satu tujuanku adalah melenyapkan entitas dewa-dewi sepertimu. Aku tidak memiliki alasan untuk bergabung bersamamu."
Sikap tak pantas Eliza membuat Michael tersentak. Dia menatap tajam Eliza dengan wajah sedikit tertunduk. Sebagai utusan tertinggi sosok dewa-dewi, Michael merasa geram melihat tuannya dihina seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction II : Symphonia Universum
FantasiApa yang ada di akhir kehidupan? Bagaimana jika makhluk yang mewakili keburukan dan pemimpin kebaikan bersatu, untuk menghadapi Entitas Kosmik? Entitas Kosmik adalah Dimensional Being yang disembah sebagai Dewa, eksistensi yang menembus batas dimens...