6. Merasa Tidak Benar

6.9K 49 7
                                        

Lana tidak menyangka ia dan Bara akan berada di situasi seperti tadi, situasi yang sangat tidak pantas antara ayah dan anak, tapi sial keduanya menikmati, termasuk Lana sendiri akan mengakui ia juga menikmati dipuji oleh Bara.

Seperti yang si papa katakan, mereka pulang bersama setelah Bara selesai dengan perkerjaannya, jika ada yang bertanya apa pekerjaan papa angkat Lana itu, ia adalah seorang pengusaha pengurus event, jadi setiap ada event yang memerlukan tenaga juga rancangan, Bara dan staf bisa membantu.

Selama di perjalanan pulang Lana tidak banyak bicara, ia tidak mengerti kenapa menjadi gugup di dekat papanya, padahal Bara terlihat santai, pria itu menanyakan Lana ingin makan apa lalu membelikan.

Sesampai di rumah, mereka sama-sama bebersih di kamar masing-masing. Untuk Lana, gadis itu menghabiskan kurang lebih setengah jam hingga akhirnya selesai dan keluar kamar dengan piyama panjang.

"Wangi banget, Kak," ujar Bara ketika Lana sampai di dekat meja makan, pria itu sedang membuat susu dan tentu untuk anaknya.

"Kan mandi, Papa juga wangi."

Senyum tipis Bara tersuing. "Duduk, langsung makan biar bisa istirahat."

Lana patuh, kepalanya mengangguk dan tubuh dibawa duduk ke kursi miliknya.

"Ini susu buat Kakak, nanti setelah makan diminum." Bara dorong gelas berisi susu cokelat buatannya itu ke sisi gelas mineral Lana.

"Makasih, Papa."

"Sama-sama, Kak." Sekarang senyum Bara tersuing lebar, ia ikut mengambil nasi seperti Lana. "Ngomong-ngomong, hari minggu nanti Papa ada kerjaan ke Bali, Kakak mau ikut atau enggak?" tanyanya.

Lana menoleh dengan mimik terkejut. "Ke Bali?! Ih mau!" rengek anak itu tanpa tersenyum. "Tapi Kakak ada les, Pa. Buat ngincer beasiswa ke UI. Malesin ah, kenapa harus minggu coba?!"

Bara terkekeh. "Bukan Papa yang ngatur jadwal loh."

Lana cemberut, meraih sendok. Melihat mimik anaknya Bara jadi tidak enak, namun dia tidak bisa mengubah-ubah jadwal.

"Gimana kalau minggu depan kita liburan? Kakak masih sibuk les sama ujian nggak?"

Kali ini Lana berbinar, menoleh menatap Bara lagi. "Serius?!"

Bara mengangguk, tersenyum lembut untuk gadisnya.

"Mau! Mau! Kita berangkat jumat terus pulang minggu, deal, Pa?!"

"Oke, apapun buat anak Papa."

Lana bersorak, tubuhnya bangkit dari duduk dan merunduk guna mengecup pipi Bara. Respon yang selalu ia berikan saat papanya memenuhi keinginannya. Yang jadi masalah, entah kenapa Bara tidak bisa lagi menganggap ciuman dari Lana untuknya seperti dulu, entah lah kenapa sekarang terasa begitu berbeda.

Diam-diam menarik napas, Bara mengulum bibir. Melirik Lana yang sudah memulai makan malamnya dengan riang gembira dan senyuman manis karena rencana liburan mereka.

Bara juga memulai makan malamnya, sesekali menatap Lana dan sesekali anak gadis itu bersuara mengomentari makanan yang dibeli oleh si papa, terasa enak, besok ia mau lagi.

Begitu selesai makan, Lana langsung minum susu, sedang Bara menunggui si anak dengan senyum yang tak luntur.

"Ah ..., enak banget!" ujar Lana ingin menyeka bibir menggunakan punggung tangan, namun Bara menahan, ia yang menyekakan bibir si anak dengan ibu jarinya.

"Kak, boleh kita lanjut obrolan kita di kantor tadi?" tanya Bara. lembut seperti gerakan ibu jarinya.

"Obrolan di kantor?" gumam Lana mengerutkan dahi mengingat. Ngeh apa yang Bara maksud, ia jadi gugup.

LOST - 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang