Rencana makan malam bersama itu gagal karena tingkah kurang ajar Bara pada anak sendiri, gadis kecilnya memilih mengurung diri di kamar bahkan ketika Bara mengetuk pintu kamarnya ia tak digubris.
Lana syok! Itu wajar karena ia tidak menyangka akan dituntun menyentuh kejantanan papanya, pria yang selama ini ia hormati dan sayangi. Begitu jelas terbayang oleh Lana wajah mama, dan itu membuat ia ketakutan, takut mengecewakan sang mama.
Menahan lapar adalah konsekuensi dari syok yang ia alami, untuk bertemu Bara saja ia masih tidak berani. Berdosa besar dirinya jika berhadapan dengan Bara tapi mata turun ke bawah menatap apa yang tadi ia sentuh dengan telapak tangan.
Masih segar diingatan apa rasa dari yang Lana sentuh tadi, benar-benar besar dan keras! Padahal masih di balut celana. Oh ayolah, Lana bukan anak kecil yang tidak tahu apa-apa, walau pun manja Lana tetap pernah menonton film dewasa, dan ia tidak menyangka milik papanya sudah terasa besarnya saat masih memakai celana.
Menarik napas, Lana mendudukan diri dari posisi yang tadi berbaring, ia pegang perutnya yang keroncongan. Saat ini jarum jam sudah menunjukkan angka dua pagi, tengah malam pun sudah lewat tapi Lana tak bisa tidur juga.
Ia menarik napas dalam, yakin seribu persen papanya sudah terlelap tidur. Cari-cari makanan di dapur aman yakan?
Beranjak dari tempat, Lana membuka pintu kamar sepelan mungkin, mati-matian berusaha tak menimbulkan suara. Ia bisa bernapas lega saat sudah keluar dari kamar. Masalahnya kamar Bara ada di samping kamarnya. Jadi, kamar Lana dulu, baru kamar Bara dan mendiang Laura.
Baru saja berjalan tiga langkah, Lana dibuat terhenti ketika gendang telinga menangkap suara tak senonoh dari dalam kamar Bara.
Kepalanya menoleh ke sumber suara, sekilas pintu kamar Bara terlihat tertutup rapat, tapi jika diperhatikan sebenarnya tidak, ada celah yang tak sampai memperlihatkan keadaan di dalam ruangan tersebut, dan dari dalam juga tidak akan memperlihatkan keadaan di luar ruangan.
Lana teguk liur berat, mendekati daun pintu, tubuhnya merunduk mendekatkan telinga ke sana, namun tak sampai menempel. Lucu sekali andai ia tersungkur karena pintu terdorong hingga terbuka.
"Nghhh ..., hah ..., ahhh Lana ..., lebih cepet Kak ughhh ...."
Lana melotot lebar.
"Mhhh Kakak ..., enak banget tangan kamu ahhh ..., udah lama nggak ngerasain ini hahhh ..., terus Kak, kocok terus ahhh enaknya ...."
Ada suara pergesekan kulit, Lana bergetar, ia tutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Jangan bilang Bara menyentuh diri sendiri sembari membayangkan Lana yang menyentuhnya?!
"Ouhhh ..., ahhh ..., enak Kak ..., eghhh yeahhh ..., Papa mau sampai ahhh ..., dikit lagi, cepetin, ahhh ..., ahhh ..., arghhh Lanaaa!"
Pilihan terbaik Lana saat ini adalah kembali masuk ke dalam kamarnya.
*****
Pagi ini suasana terasa canggung, tentu saja! Setelah insiden di kantor, tambah pula ada insiden menguping. Lana tidak tahu harus bersikap bagaimana selain diam dan tak menatap Bara.
Si papa yang merasa tengah mendapatkan perlakuan dihindari menjadi bingung. Ia ingin minta maaf lebih keras kalau memang Lana membutuhkan itu. Semua juga karena diri yang kehilangan kontrol! Tujuh tahun Bara merasa hambar, saat ia merasakan rasa yang lama tak ia rasa, semuanya menjadi gelap dan buram. Bara minta maaf.
Dikarenakan suasana canggung tersebut, Bara memilih membiarkan Lana sarapan dengan tenang, ia pergi ke teras rumah, seperti biasa ia merokok. Kali ini berjongkok bak orang tolol padahal usianya sudah menginjak tiga puluh empat tahun, masalah hidup mana yang belum ia lewati? Istri meninggal saja sudah ia lewati.
![](https://img.wattpad.com/cover/374040694-288-k394483.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST - 21+
RomanceAdult Story❗️ ___ Barata akui ia laki-laki tak bermoral yang terus mengajari anak angkatnya tentang apa itu api di atas ranjang. Semua karena Barata mati rasa pada semua perempuan sejak kematian sang istri. Lana tidak tahu kenapa setiap sentuhan pap...